Follow Us :              

Gubernur Ingin Lebih Banyak Mendengar Persoalan & Aspirasi Yang disuarakan Anak-anak

  20 July 2023  |   19:00:00  |   dibaca : 796 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur Ingin Lebih Banyak Mendengar Persoalan & Aspirasi Yang disuarakan Anak-anak

20 July 2023 | 19:00:00 | dibaca : 796
Kategori :
Bagikan :

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Pada pembukaan Forum Anak Nasional 2023 di Kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Kamis (20/7/2023), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendengar keluhan Nayla, seorang anak asal Purworejo tentang tingginya kasus perkawinan dini di daerahnya. Dia berharap forum anak bisa lebih bisa menyuarakan pencegahan masalah ini. 

Selain Nayla, Gubernur juga mendengar curhatan anak lainya, yaitu Cyla dari Takengon Nangroe Aceh Darussalam, dan Darwis dari  Merauke Papua Selatan. Bila Cyla mengungkapkan tentang persoalan pelecehan seksual oleh teman sebaya, Darwis menceritakan tentang rendahnya kesadaran orangtua pada pendidikan anak di daerahnya. 

Terkait hal itu, Gubernur mengatakan apa yang disampaikan oleh ketiga anak dari Aceh, Papua, dan Jawa Tengah itu merupakan contoh beragam persoalan yang masih terjadi di sekitarnya. Kemudian pada forum anak nasional ini perwakilan anak-anak dari seluruh Indonesia akan merumuskan seluruh persoalan. Rumusan itu nanti akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

"Tadi kita ambil sampel (contoh). Ternyata ada kekerasan terhadap anak, perkawinan dini, dan akses sekolah. Ini (masih harus) menjadi perhatian kita. Anak-anak ini memang harus dibukakan ruang agar mereka berbicara dan menyampaikan aspirasi untuk anak-anak seusia mereka," kata Gubernur usai acara.

"Khusus di Jawa Tengah sendiri, lanjut Gubernur, anak-anak telah diberikan ruang untuk menyampaikan aspirasinya. Salah satunya adalah melibatkan perwakilan forum anak dalam musrenbang. "Maka kenapa di Jawa Tengah selalu coba kita dorong agar setiap Musrenbang mereka terlibat, mereka ikut, sebenarnya agar lebih banyak orang mendengarkan," imbuhnya.

Maka dari itu Nayla berharap forum anak harus bisa ikut menyuarakan dan berkampanye agar perkawinan dini dapat dicegah. "Pastinya saya akan mengajak kepada mereka melaporkan permasalahannya kepada yang berwenang. Masih banyak kawan di Purworejo yang belum tahu kalau bisa menyampaikan apa hak dan apa yang mereka inginkan dan sampaikan," kata Nayla saat ditanya Gubernur tentang persoalan anak di daerahnya.

Selain Naila, ada Darwis yang mengeluhkan kepada Gubernur Jateng, tentang minimnya kesadaran orangtua di daerahnya untuk mendorong anak-anak mereka sekolah. Hal ini membuat Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan menjadi daerah dengan tingkat penyelesaian pendidikan SD-SMA masih terendah se-Indonesia.
 
"Anak putus sekolah itu disebabkan pertama masalah ekonomi, lalu yang kedua adalah kurang dorongan dari keluarga. Saya lihat di Papua itu anak tidak sekolah dibiarkan oleh orangtuanya. Ini perlu pendekatan, mungkin dari Pemprov bisa mengirimkan kepada ketua suku di Papua untuk sosialisasi," ujar Darwis.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh anak-anak itu merupakan realitas yang saat ini masih terjadi. "Kekerasan seksual memang menjadi PR kita. Tidak ada hari tanpa ada isu kekerasan seksual. Dan benar bahwa di Aceh Barat terjadi banyak kekerasan dengan korban anak di bawah umur," katanya.

Bintang berharap, selama tiga hari ke depan, anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia itu bisa merumuskan suara anak dan peningkatan kapasitas dalam acara forum anak nasional.

"Anak-anak Indonesia adalah pelita penerang bagi bangsa. Kita percaya suara kalian ini berharga dan kaki kecil kalian akan mengantar kita semua menuju Indonesia yang dicita-citakan. Kalian harus menginspirasi dan terus berprestasi untuk menjadi kebanggaan bangsa," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Pada pembukaan Forum Anak Nasional 2023 di Kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Kamis (20/7/2023), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendengar keluhan Nayla, seorang anak asal Purworejo tentang tingginya kasus perkawinan dini di daerahnya. Dia berharap forum anak bisa lebih bisa menyuarakan pencegahan masalah ini. 

Selain Nayla, Gubernur juga mendengar curhatan anak lainya, yaitu Cyla dari Takengon Nangroe Aceh Darussalam, dan Darwis dari  Merauke Papua Selatan. Bila Cyla mengungkapkan tentang persoalan pelecehan seksual oleh teman sebaya, Darwis menceritakan tentang rendahnya kesadaran orangtua pada pendidikan anak di daerahnya. 

Terkait hal itu, Gubernur mengatakan apa yang disampaikan oleh ketiga anak dari Aceh, Papua, dan Jawa Tengah itu merupakan contoh beragam persoalan yang masih terjadi di sekitarnya. Kemudian pada forum anak nasional ini perwakilan anak-anak dari seluruh Indonesia akan merumuskan seluruh persoalan. Rumusan itu nanti akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

"Tadi kita ambil sampel (contoh). Ternyata ada kekerasan terhadap anak, perkawinan dini, dan akses sekolah. Ini (masih harus) menjadi perhatian kita. Anak-anak ini memang harus dibukakan ruang agar mereka berbicara dan menyampaikan aspirasi untuk anak-anak seusia mereka," kata Gubernur usai acara.

"Khusus di Jawa Tengah sendiri, lanjut Gubernur, anak-anak telah diberikan ruang untuk menyampaikan aspirasinya. Salah satunya adalah melibatkan perwakilan forum anak dalam musrenbang. "Maka kenapa di Jawa Tengah selalu coba kita dorong agar setiap Musrenbang mereka terlibat, mereka ikut, sebenarnya agar lebih banyak orang mendengarkan," imbuhnya.

Maka dari itu Nayla berharap forum anak harus bisa ikut menyuarakan dan berkampanye agar perkawinan dini dapat dicegah. "Pastinya saya akan mengajak kepada mereka melaporkan permasalahannya kepada yang berwenang. Masih banyak kawan di Purworejo yang belum tahu kalau bisa menyampaikan apa hak dan apa yang mereka inginkan dan sampaikan," kata Nayla saat ditanya Gubernur tentang persoalan anak di daerahnya.

Selain Naila, ada Darwis yang mengeluhkan kepada Gubernur Jateng, tentang minimnya kesadaran orangtua di daerahnya untuk mendorong anak-anak mereka sekolah. Hal ini membuat Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan menjadi daerah dengan tingkat penyelesaian pendidikan SD-SMA masih terendah se-Indonesia.
 
"Anak putus sekolah itu disebabkan pertama masalah ekonomi, lalu yang kedua adalah kurang dorongan dari keluarga. Saya lihat di Papua itu anak tidak sekolah dibiarkan oleh orangtuanya. Ini perlu pendekatan, mungkin dari Pemprov bisa mengirimkan kepada ketua suku di Papua untuk sosialisasi," ujar Darwis.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh anak-anak itu merupakan realitas yang saat ini masih terjadi. "Kekerasan seksual memang menjadi PR kita. Tidak ada hari tanpa ada isu kekerasan seksual. Dan benar bahwa di Aceh Barat terjadi banyak kekerasan dengan korban anak di bawah umur," katanya.

Bintang berharap, selama tiga hari ke depan, anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia itu bisa merumuskan suara anak dan peningkatan kapasitas dalam acara forum anak nasional.

"Anak-anak Indonesia adalah pelita penerang bagi bangsa. Kita percaya suara kalian ini berharga dan kaki kecil kalian akan mengantar kita semua menuju Indonesia yang dicita-citakan. Kalian harus menginspirasi dan terus berprestasi untuk menjadi kebanggaan bangsa," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu