Follow Us :              

Warga Demak Rasakan Lengkapnya Fasilitas di Pengungsian, Pj Gubernur Pastikan Kecukupan Logistik

  22 March 2024  |   06:00:00  |   dibaca : 630 
Kategori :
Bagikan :


Warga Demak Rasakan Lengkapnya Fasilitas di Pengungsian, Pj Gubernur Pastikan Kecukupan Logistik

22 March 2024 | 06:00:00 | dibaca : 630
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

DEMAK - Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., bersama Presiden RI, Joko Widodo mengecek langsung lokasi pengungsian di Wisma Halim, Demak pada Jumat, 22 Maret 2024.

Pj Gubernur mengatakan, warga yang terdampak banjir dipindahkan ke tempat pengungsian di Demak dan Kabupaten Kudus. Sebanyak 24.600 pengungsi berada di Demak, sedangkan di Kudus ada 5.800 pengungsi. 

“Hasil tinjauan kami, selama 5 sampai 6 hari mereka mengungsi, mereka masih dalam keadaan sehat. Kebutuhan-kebutuhan logistik, sandang, maupun pangan juga tercukupi,” bebernya.

Dalam kesempatan itu, salah seorang warga di Kampung Krapyak, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Oktaviyaningrum menceritakan kisahnya. Dalam peristiwa banjir ini, nampaknya terdapat sebuah momen haru. Beberapa waktu lalu, Okta baru saja melahirkan putranya di tengah hiruk-pikuk banjir yang melanda kampungnya.

Pada hari di Minggu, 17 Maret 2024, perutnya terasa sangat mulas. Saat itu, usia kandungannya juga sudah memasuki bulan kesembilan. Ada dorongan kuat ingin segera pergi ke klinik bersalin. Namun, di luar rumah banjir mulai menggenangi lingkungan sekitar. Tanggul sungai di kampungnya, bahkan juga jebol, karena hujan deras terus terjadi.

Saat itu, suaminya masih bergotong royong bersama para warga mencoba menutup tanggul dengan sandbag, agar banjir tidak semakin tinggi dan meluas.

Pada momentum itu, suami Okta juga cukup bimbang, karena harus membantu menutup tanggul atau pulang ke rumah. Hingga akhirnya, Ia memutuskan untuk segera pulang menemui istrinya.

Begitu suaminya sampai di rumah, Okta langsung dibawa ke klinik bersalin. Ia menaiki perahu karet saat melintasi banjir, sebelum diantarkan menggunakan mobil.

“Pokoknya penuh tantangan, tidak menyangka melahirkan pas tanggul jebol. Waktu perjalanan ke klinik, air sudah naik lebih dari 15 cm," kata Okta saat ditemui di lokasi pengungian.

Setelah melahirkan, Okta memutuskan pulang ke rumah bersama bayinya. Sebab, banjir di rumahnya belum begitu tinggi. Akan tetapi, sehari setelahnya banjir meninggi dengan cepat. Dengan kondisi panik, Okta dan suami bersama keempat anaknya membawa barang seadanya, mengungsi di musala dekat rumah yang dianggap lebih aman.

Namun, karena warga menganggap tempat itu tidak layak bagi ibu yang baru saja melahirkan, perangkat kampungnya menyarankan agar Okta pindah ke pengungsian di Wisma Halim, sebab kondisi di sana lebih aman, bahkan fasilitas dari pemerintah juga cukup memadai.

Kemudian, Okta dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi di wisma tersebut, bersama 216 warga lainnya. Semua kebutuhan para pengungsi, mulai dari air bersih, makanan sehari-hari, dan tempat ibadah sudah disediakan. Okta pun merasa cukup mudah memenuhi kebutuhan bayinya, seperti baju, popok, dan minyak telon, karena semuanya tersedia di tempat pengungsian.

Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, Okta dan anaknya juga mendapatkan perhatian khusus dari para petugas. Bahkan, setiap hari asupan makanannya juga diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.

"Pelayanan di sini bagus. Maksudnya terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek," ungkap Okta.


Bagikan :

DEMAK - Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., bersama Presiden RI, Joko Widodo mengecek langsung lokasi pengungsian di Wisma Halim, Demak pada Jumat, 22 Maret 2024.

Pj Gubernur mengatakan, warga yang terdampak banjir dipindahkan ke tempat pengungsian di Demak dan Kabupaten Kudus. Sebanyak 24.600 pengungsi berada di Demak, sedangkan di Kudus ada 5.800 pengungsi. 

“Hasil tinjauan kami, selama 5 sampai 6 hari mereka mengungsi, mereka masih dalam keadaan sehat. Kebutuhan-kebutuhan logistik, sandang, maupun pangan juga tercukupi,” bebernya.

Dalam kesempatan itu, salah seorang warga di Kampung Krapyak, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Oktaviyaningrum menceritakan kisahnya. Dalam peristiwa banjir ini, nampaknya terdapat sebuah momen haru. Beberapa waktu lalu, Okta baru saja melahirkan putranya di tengah hiruk-pikuk banjir yang melanda kampungnya.

Pada hari di Minggu, 17 Maret 2024, perutnya terasa sangat mulas. Saat itu, usia kandungannya juga sudah memasuki bulan kesembilan. Ada dorongan kuat ingin segera pergi ke klinik bersalin. Namun, di luar rumah banjir mulai menggenangi lingkungan sekitar. Tanggul sungai di kampungnya, bahkan juga jebol, karena hujan deras terus terjadi.

Saat itu, suaminya masih bergotong royong bersama para warga mencoba menutup tanggul dengan sandbag, agar banjir tidak semakin tinggi dan meluas.

Pada momentum itu, suami Okta juga cukup bimbang, karena harus membantu menutup tanggul atau pulang ke rumah. Hingga akhirnya, Ia memutuskan untuk segera pulang menemui istrinya.

Begitu suaminya sampai di rumah, Okta langsung dibawa ke klinik bersalin. Ia menaiki perahu karet saat melintasi banjir, sebelum diantarkan menggunakan mobil.

“Pokoknya penuh tantangan, tidak menyangka melahirkan pas tanggul jebol. Waktu perjalanan ke klinik, air sudah naik lebih dari 15 cm," kata Okta saat ditemui di lokasi pengungian.

Setelah melahirkan, Okta memutuskan pulang ke rumah bersama bayinya. Sebab, banjir di rumahnya belum begitu tinggi. Akan tetapi, sehari setelahnya banjir meninggi dengan cepat. Dengan kondisi panik, Okta dan suami bersama keempat anaknya membawa barang seadanya, mengungsi di musala dekat rumah yang dianggap lebih aman.

Namun, karena warga menganggap tempat itu tidak layak bagi ibu yang baru saja melahirkan, perangkat kampungnya menyarankan agar Okta pindah ke pengungsian di Wisma Halim, sebab kondisi di sana lebih aman, bahkan fasilitas dari pemerintah juga cukup memadai.

Kemudian, Okta dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi di wisma tersebut, bersama 216 warga lainnya. Semua kebutuhan para pengungsi, mulai dari air bersih, makanan sehari-hari, dan tempat ibadah sudah disediakan. Okta pun merasa cukup mudah memenuhi kebutuhan bayinya, seperti baju, popok, dan minyak telon, karena semuanya tersedia di tempat pengungsian.

Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, Okta dan anaknya juga mendapatkan perhatian khusus dari para petugas. Bahkan, setiap hari asupan makanannya juga diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.

"Pelayanan di sini bagus. Maksudnya terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek," ungkap Okta.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu