Follow Us :              

Morodemak Jadi Lokasi Pengembangan Kawasan Berbasis Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut

  11 October 2024  |   09:20:00  |   dibaca : 233 
Kategori :
Bagikan :


Morodemak Jadi Lokasi Pengembangan Kawasan Berbasis Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut

11 October 2024 | 09:20:00 | dibaca : 233
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

DEMAK – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menjadikan Kawasan Morodemak, Kabupaten Demak sebagai pilot project pengembangan kawasan berbasis pengelolaan hasil sedimentasi laut secara berkelanjutan.

Proyek tersebut diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono bersama Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak pada Jumat, 11 Oktober 2024.

"Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas langkah Pak Menteri Kelautan dan Perikanan, yang mengambil suatu kebijakan yang mendukung pengelolaan sedimentasi secara terpadu," ucap Pj Gubernur di sela acara peluncuran.

Pj Gubernur berpandangan, keberhasilan proyek ini mampu memberikan solusi jangka panjang bagi masalah sedimentasi dan abrasi di Morodemak. Akan tetapi, upaya untuk menyukseskan program ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat.

"Oleh karena itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersinergi dan berkolaborasi menyukseskan proyek ini,” imbuhnya.

Menurutnya, proyek tersebut menjadi langkah besar dalam pengelolaan sumber daya laut. Sebab, Kawasan Morodemak menjadi salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi besar dalam memajukan perekonomian masyarakat.

Meskipun memiliki banyak potensi, tetapi wilayah tersebut menghadapi tantangan lingkungan yang cukup berat, di antaranya masalah sedimentasi, sehingga hal ini berdampak pada sektor perikanan, kesejahteraan nelayan, dan ekosistem pesisir.

"Sedimentasi ini menghambat akses nelayan ke pelabuhan, memperpanjang waktu operasional, karena mereka (nelayan) harus memutar mengelilingi sedimentasi tersebut, serta menambah biaya bahan bakar bagi para nelayan," ucap Pj Gubernur.

Selain sedimentasi, Pantai Utara Jawa juga dihadapkan pada masalah abrasi yang menyebabkan penurunan muka tanah dan meluapnya air laut (rob), sehingga hal ini membuat banyak masyarakat kehilangan lahannya.

“Semoga dengan adanya program rehabilitasi di Morodemak ini, bisa mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, yang sebagian besar sebagai nelayan dan petambak,” ujar Pj Gubernur.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono menuturkan, pilot project di Morodemak ini masih berskala kecil. Akan tetapi dari proyek yang kecil ini, ada harapan besar untuk memperbaiki ekosistem lingkungan.

"Saya berharap dimulai yang kecil ini, dalam 1, 2, atau 3 tahun yang akan datang, 100 hektare itu sudah tumbuh menjadi sebuah hutan mangrove yang bagus,” katanya.

Ia berharap, program rehabilitasi dan revitalisasi di Kawasan Morodemak ini, bisa bermanfaat untuk mendukung mata pencaharian masyarakat, memperbaiki ekosistem, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan laut dengan mengatur pengelolaan hasil sedimentasi.


Bagikan :

DEMAK – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menjadikan Kawasan Morodemak, Kabupaten Demak sebagai pilot project pengembangan kawasan berbasis pengelolaan hasil sedimentasi laut secara berkelanjutan.

Proyek tersebut diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono bersama Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak pada Jumat, 11 Oktober 2024.

"Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas langkah Pak Menteri Kelautan dan Perikanan, yang mengambil suatu kebijakan yang mendukung pengelolaan sedimentasi secara terpadu," ucap Pj Gubernur di sela acara peluncuran.

Pj Gubernur berpandangan, keberhasilan proyek ini mampu memberikan solusi jangka panjang bagi masalah sedimentasi dan abrasi di Morodemak. Akan tetapi, upaya untuk menyukseskan program ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat.

"Oleh karena itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersinergi dan berkolaborasi menyukseskan proyek ini,” imbuhnya.

Menurutnya, proyek tersebut menjadi langkah besar dalam pengelolaan sumber daya laut. Sebab, Kawasan Morodemak menjadi salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi besar dalam memajukan perekonomian masyarakat.

Meskipun memiliki banyak potensi, tetapi wilayah tersebut menghadapi tantangan lingkungan yang cukup berat, di antaranya masalah sedimentasi, sehingga hal ini berdampak pada sektor perikanan, kesejahteraan nelayan, dan ekosistem pesisir.

"Sedimentasi ini menghambat akses nelayan ke pelabuhan, memperpanjang waktu operasional, karena mereka (nelayan) harus memutar mengelilingi sedimentasi tersebut, serta menambah biaya bahan bakar bagi para nelayan," ucap Pj Gubernur.

Selain sedimentasi, Pantai Utara Jawa juga dihadapkan pada masalah abrasi yang menyebabkan penurunan muka tanah dan meluapnya air laut (rob), sehingga hal ini membuat banyak masyarakat kehilangan lahannya.

“Semoga dengan adanya program rehabilitasi di Morodemak ini, bisa mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, yang sebagian besar sebagai nelayan dan petambak,” ujar Pj Gubernur.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono menuturkan, pilot project di Morodemak ini masih berskala kecil. Akan tetapi dari proyek yang kecil ini, ada harapan besar untuk memperbaiki ekosistem lingkungan.

"Saya berharap dimulai yang kecil ini, dalam 1, 2, atau 3 tahun yang akan datang, 100 hektare itu sudah tumbuh menjadi sebuah hutan mangrove yang bagus,” katanya.

Ia berharap, program rehabilitasi dan revitalisasi di Kawasan Morodemak ini, bisa bermanfaat untuk mendukung mata pencaharian masyarakat, memperbaiki ekosistem, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan laut dengan mengatur pengelolaan hasil sedimentasi.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu