Follow Us :              

Realisasi Investasi di Jateng Capai Rp88,44 T

  12 February 2025  |   08:00:00  |   dibaca : 796 
Kategori :
Bagikan :


Realisasi Investasi di Jateng Capai Rp88,44 T

12 February 2025 | 08:00:00 | dibaca : 796
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Realisasi investasi di Jawa Tengah pada tahun 2024 mencapai Rp88,4 triliun. Dari jumlah tersebut, sudah ada sebanyak 65.815 proyek yang mampu menyerap sekitar 409.338 tenaga kerja dalam negeri.

"Investasi di Jateng berjalan baik, yang terealisasi pada 2024 mencapai Rp88,44 triliun. Persentasenya mencapai 110,42 persen dari target Rp80,10 triliun,” kata Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., saat menghadiri acara High Level Meeting bertema "Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Stabilisasi Harga, Investasi dan Digitalisasi Sistem Pembayaran" di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah pada Rabu, 12 Februari 2025.

Rinciannya, jumlah investasi yang masuk, terdiri dari investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak Rp35,37 triliun; Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp33,3 triliun; serta Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sebesar Rp19,77 triliun. 

Khusus realisasi PMA, lima negara yang menyumbang nilai investasi tertinggi, yakni Singapura sebesar Rp8,67 triliun; Hongkong sebanyak Rp8,03 triliun; Korea Selatan mencapai Rp5,42 triliun; Cina sebesar Rp4,26 triliun; dan Thailand sebanyak Rp1,8 triliun.

“Hal ini positif dan baik bagi investasi di Jateng. Hal ini (juga) menjadi tantangan bagi kita, untuk terus melakukan langkah-langkah (strategis dalam upaya) menarik investor ke Jateng,” tutur Pj Gubernur.

Guna menjaga dan meningkatkan capaian investasi di Jawa Tengah, pembangunan ekonomi terus dipacu agar lebih inklusif dan kompetitif. 

Setidaknya ada enam strategi yang dapat dilakukan, di antaranya mempermudah perizinan usaha, meningkatkan iklim investasi; memperkuat daya beli masyarakat; mengendalikan laju inflasi; memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM); mengembangkan ekonomi sirkular; serta melakukan pemerataan pembangunan dan konektivitas.

Pj Gubernur mengatakan, tingginya nilai investasi diharapkan berdampak baik bagi perekonomian di Jawa Tengah, khususnya dalam menuntaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran.

“Untuk menurunkan angka kemiskinan, segala upaya kita lakukan" tegasnya.

Saat ini, angka kemiskinan di Jateng turun dari 10,77% pada Maret 2024 menjadi 9,58% pada September 2024. Selain itu, angka pengangguran juga mengalami penurunan menjadi 4,78% pada Agustus 2024 dibandingkan Agustus 2023 (5,13%).

Sejalan dengan capaian investasi di Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2024 juga mengalami peningkatan secara year on year (YoY).

“Pertumbuhannya dari 4,93 persen menjadi 4,96 persen. Ini cukup signifikan,” katanya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tangah, Rahmat Dwisaputra, menambahkan, diperlukan penguatan strategis untuk mendorong sektor prioritas di Jawa Tengah, khususnya sebagai lumbung pangan dan penumpu industri nasional. 

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain mengembangkan sistem pembayaran digital, meningkatkan strategi dan penguatan sinergi stakeholder, menjaga stabilitas ekonomi, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, hingga upaya pengendalian inflasi dari hulu ke hilir.


Bagikan :

SEMARANG - Realisasi investasi di Jawa Tengah pada tahun 2024 mencapai Rp88,4 triliun. Dari jumlah tersebut, sudah ada sebanyak 65.815 proyek yang mampu menyerap sekitar 409.338 tenaga kerja dalam negeri.

"Investasi di Jateng berjalan baik, yang terealisasi pada 2024 mencapai Rp88,44 triliun. Persentasenya mencapai 110,42 persen dari target Rp80,10 triliun,” kata Pj Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., saat menghadiri acara High Level Meeting bertema "Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Stabilisasi Harga, Investasi dan Digitalisasi Sistem Pembayaran" di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah pada Rabu, 12 Februari 2025.

Rinciannya, jumlah investasi yang masuk, terdiri dari investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak Rp35,37 triliun; Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp33,3 triliun; serta Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sebesar Rp19,77 triliun. 

Khusus realisasi PMA, lima negara yang menyumbang nilai investasi tertinggi, yakni Singapura sebesar Rp8,67 triliun; Hongkong sebanyak Rp8,03 triliun; Korea Selatan mencapai Rp5,42 triliun; Cina sebesar Rp4,26 triliun; dan Thailand sebanyak Rp1,8 triliun.

“Hal ini positif dan baik bagi investasi di Jateng. Hal ini (juga) menjadi tantangan bagi kita, untuk terus melakukan langkah-langkah (strategis dalam upaya) menarik investor ke Jateng,” tutur Pj Gubernur.

Guna menjaga dan meningkatkan capaian investasi di Jawa Tengah, pembangunan ekonomi terus dipacu agar lebih inklusif dan kompetitif. 

Setidaknya ada enam strategi yang dapat dilakukan, di antaranya mempermudah perizinan usaha, meningkatkan iklim investasi; memperkuat daya beli masyarakat; mengendalikan laju inflasi; memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM); mengembangkan ekonomi sirkular; serta melakukan pemerataan pembangunan dan konektivitas.

Pj Gubernur mengatakan, tingginya nilai investasi diharapkan berdampak baik bagi perekonomian di Jawa Tengah, khususnya dalam menuntaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran.

“Untuk menurunkan angka kemiskinan, segala upaya kita lakukan" tegasnya.

Saat ini, angka kemiskinan di Jateng turun dari 10,77% pada Maret 2024 menjadi 9,58% pada September 2024. Selain itu, angka pengangguran juga mengalami penurunan menjadi 4,78% pada Agustus 2024 dibandingkan Agustus 2023 (5,13%).

Sejalan dengan capaian investasi di Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2024 juga mengalami peningkatan secara year on year (YoY).

“Pertumbuhannya dari 4,93 persen menjadi 4,96 persen. Ini cukup signifikan,” katanya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tangah, Rahmat Dwisaputra, menambahkan, diperlukan penguatan strategis untuk mendorong sektor prioritas di Jawa Tengah, khususnya sebagai lumbung pangan dan penumpu industri nasional. 

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain mengembangkan sistem pembayaran digital, meningkatkan strategi dan penguatan sinergi stakeholder, menjaga stabilitas ekonomi, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, hingga upaya pengendalian inflasi dari hulu ke hilir.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu