Follow Us :              

PT SPJT Serap 30 Ribu Ton Garam Petambak Lokal, Suplai Kebutuhan Industri di Jateng

  24 June 2025  |   12:30:00  |   dibaca : 13 
Kategori :
Bagikan :


PT SPJT Serap 30 Ribu Ton Garam Petambak Lokal, Suplai Kebutuhan Industri di Jateng

24 June 2025 | 12:30:00 | dibaca : 13
Kategori :
Bagikan :

Foto : Medianto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Medianto (Humas Jateng)

PATI – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), resmi memulai operasional pabrik garam untuk industri pada Juni 2025. 

Pabrik yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektare di Desa Raci, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, ini mampu memproduksi garam sebanyak 25.000 ton per tahun dan menyerap garam petambak lokal sebesar 30.000 ton per tahun. 

Sekretaris Daerah Pemprov Jateng, Sumarno, mengatakan, Pati merupakan daerah penghasil garam terbesar kedua di Indonesia, setelah Madura. Jumlahnya garam yang dihasilkan, bahkan mencapai 150 ribu ton per tahun.

Sayangnya, kualitas garam yang dihasilkan tidak memenuhi standar Natrium Klorida (NaCl) untuk garam industri. Maka dari itu, garam dari para petani perlu diolah kembali oleh pabrik, untuk meningkatkan NaCl sampai dengan kadar minimum 97%, sehingga bisa memenuhi standar yang dibutuhkan oleh industri. Beberapa industri yang membutuhkan garam, antara lain industri pakan ternak, kosmetik, farmasi, dan tekstil.

"Pabrik Garam Industri SPJT ini bagian dari hilirisasi pengolahan garam. Meningkatkan nilai tambah, peningkatan suplai kebutuhan, dan petambak garam bisa menikmati hasil," ucap Sekda usai meresmikan operasional Pabrik Garam Industri PT SPJT, Kabupaten Pati pada Selasa, 24 Juni 2025.

Melihat tingginya kebutuhan garam, Pemprov Jateng berupaya memberikan edukasi kepada para petambak untuk terus meningkatkan kualitas hasil produksinya. Sebab, peningkatan NaCl akan memudahkan keterserapan garam ke industri.

Sekda menekankan, keberadaan Pabrik Garam Industri SPJT, nantinya bisa berdampak pada stabilitas harga garam hingga level petambak, sehingga hal ini menjadi bagian dari upaya pengendalian inflasi. 

"Salah satu yang diharapkan adalah kepastian harga," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, mengatakan, saat ini kebutuhan garam di tingkat nasional mencapai 4,9 juta ton dalam setahun. Akan tetapi, produksi garam baru terpenuhi sebanyak 2,04 juta ton. Maka dari itu, sisanya harus dipenuhi dengan impor.

Guna mengurangi impor dan mewujudkan swasembada pangan nasional, sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025, maka Pemprov Jateng turut serta berkontribusi dengan meningkatkan produksi garam.

"Kapasitas produksi (garam) 25 ribu ton per tahun atau 2 ribu ton per bulan, (dengan) kadar NaCl 97 persen dan kadar air 0,5 persen. Pabrik garam Pati berpotensi menyerap 30 ribu ton (garam), dan yang diserap 100 persen dari petambak lokal Pati," ucap untung.

Dalam proses produksinya, pabrik garam menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG) yang ramah lingkungan. Nantinya, kebutuhan CNG akan disuplai oleh PT Jateng Petro Energi (JPEN). 

Terkait pemasaran hasil produksi, PT SPJT telah menggandeng 21 perusahaan, bahkan masing-masing dari mereka sudah menyatakan minatnya. Rata-rata total kebutuhan garam industri di 21 perusahaan tersebut, jumlahnya mencapai 1.500 ton per bulan.

Salah satu petambak garam asal Batangan Pati, Joko Senawi, mengaku senang dengan hadirnya Pabrik Garam Industri SPJT. Alasannya, ia jadi lebih mudah menjual garam dan harganya cukup stabil sebesar Rp1.600 per kg. Dalam setahun atau 6 bulan musim panas, ia bisa memproduksi sebanyak 130 ton garam dengan kadar NaCl sebesar 94%. 

"Ya senang, harganya tinggi dan stabil," ungkapnya.


Bagikan :

PATI – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), resmi memulai operasional pabrik garam untuk industri pada Juni 2025. 

Pabrik yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektare di Desa Raci, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, ini mampu memproduksi garam sebanyak 25.000 ton per tahun dan menyerap garam petambak lokal sebesar 30.000 ton per tahun. 

Sekretaris Daerah Pemprov Jateng, Sumarno, mengatakan, Pati merupakan daerah penghasil garam terbesar kedua di Indonesia, setelah Madura. Jumlahnya garam yang dihasilkan, bahkan mencapai 150 ribu ton per tahun.

Sayangnya, kualitas garam yang dihasilkan tidak memenuhi standar Natrium Klorida (NaCl) untuk garam industri. Maka dari itu, garam dari para petani perlu diolah kembali oleh pabrik, untuk meningkatkan NaCl sampai dengan kadar minimum 97%, sehingga bisa memenuhi standar yang dibutuhkan oleh industri. Beberapa industri yang membutuhkan garam, antara lain industri pakan ternak, kosmetik, farmasi, dan tekstil.

"Pabrik Garam Industri SPJT ini bagian dari hilirisasi pengolahan garam. Meningkatkan nilai tambah, peningkatan suplai kebutuhan, dan petambak garam bisa menikmati hasil," ucap Sekda usai meresmikan operasional Pabrik Garam Industri PT SPJT, Kabupaten Pati pada Selasa, 24 Juni 2025.

Melihat tingginya kebutuhan garam, Pemprov Jateng berupaya memberikan edukasi kepada para petambak untuk terus meningkatkan kualitas hasil produksinya. Sebab, peningkatan NaCl akan memudahkan keterserapan garam ke industri.

Sekda menekankan, keberadaan Pabrik Garam Industri SPJT, nantinya bisa berdampak pada stabilitas harga garam hingga level petambak, sehingga hal ini menjadi bagian dari upaya pengendalian inflasi. 

"Salah satu yang diharapkan adalah kepastian harga," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, mengatakan, saat ini kebutuhan garam di tingkat nasional mencapai 4,9 juta ton dalam setahun. Akan tetapi, produksi garam baru terpenuhi sebanyak 2,04 juta ton. Maka dari itu, sisanya harus dipenuhi dengan impor.

Guna mengurangi impor dan mewujudkan swasembada pangan nasional, sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025, maka Pemprov Jateng turut serta berkontribusi dengan meningkatkan produksi garam.

"Kapasitas produksi (garam) 25 ribu ton per tahun atau 2 ribu ton per bulan, (dengan) kadar NaCl 97 persen dan kadar air 0,5 persen. Pabrik garam Pati berpotensi menyerap 30 ribu ton (garam), dan yang diserap 100 persen dari petambak lokal Pati," ucap untung.

Dalam proses produksinya, pabrik garam menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG) yang ramah lingkungan. Nantinya, kebutuhan CNG akan disuplai oleh PT Jateng Petro Energi (JPEN). 

Terkait pemasaran hasil produksi, PT SPJT telah menggandeng 21 perusahaan, bahkan masing-masing dari mereka sudah menyatakan minatnya. Rata-rata total kebutuhan garam industri di 21 perusahaan tersebut, jumlahnya mencapai 1.500 ton per bulan.

Salah satu petambak garam asal Batangan Pati, Joko Senawi, mengaku senang dengan hadirnya Pabrik Garam Industri SPJT. Alasannya, ia jadi lebih mudah menjual garam dan harganya cukup stabil sebesar Rp1.600 per kg. Dalam setahun atau 6 bulan musim panas, ia bisa memproduksi sebanyak 130 ton garam dengan kadar NaCl sebesar 94%. 

"Ya senang, harganya tinggi dan stabil," ungkapnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu