Follow Us :              

Atasi Rob, Pengerjaan Hybrid Sea Wall Demak Ditarget Mulai Oktober 2025

  25 June 2025  |   15:00:00  |   dibaca : 8 
Kategori :
Bagikan :


Atasi Rob, Pengerjaan Hybrid Sea Wall Demak Ditarget Mulai Oktober 2025

25 June 2025 | 15:00:00 | dibaca : 8
Kategori :
Bagikan :

Foto : Medianto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Medianto (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pembangunan Hybrid Sea Wall di Kabupaten Demak dimulai pada Oktober 2025.

Sebagai informasi, hybrid sea wall merupakan tanggul laut yang didesain dengan kombinasi beton ringan berbentuk kelontong atau tabung, untuk menahan ombak. Konsepnya, konstruksi beton itu ditata tiga tumpuk ke atas, diisi dengan material hasil pengerukan sedimentasi, dan dijadikan media tanam mangrove. Upaya ini bertujuan untuk membentuk ekosistem mangrove baru secara alami di kawasan pesisir. 

Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam Rapat Penanganan Banjir Rob Kabupaten Demak di ruang kerjanya pada Rabu, 25 Juni 2025 sore.

Rapat yang melibatkan ahli dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Demak, dan dinas-dinas terkait itu, membahas terkait pembagian tugas pokok fungsi (tupoksi), mulai dari pematangan rancangan desain, penentuan lokasi titik koordinat, perizinan, sosialisasi masyarakat, lelang pekerjaan, dan lain-lain.

"Ahamdulillah finalisasi sudah ketemu. Insyaallah akan bisa segera dikerjakan. Juli-September 2025 mulai dari pematangan desain hingga penyelesain penentuan titik koordinat pekerjaan. Pemkab Demak bertugas untuk menyosialisasikan kepada masyarakat," ucap Wagub usai rapat.

Ia berharap, pekerjaan fisik hybrid sea wall bisa dimulai pada Oktober 2025. Adapun anggarannya bersumber dari pemerintah pusat.

Dengan estimasi awal sekitar Rp1,7 triliun untuk hybrid sea wall, Wagub berharap, anggaran ini dapat digunakan memperpanjang tanggul laut, mulai dari sepanjang garis pantai Sayung, Demak hingga Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. 

Wagub menyampaikan, pekerjaan hybrid sea wall juga direncanakan menjadi proyek multiyears atau pengerjaannya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Dengan harapan, pekerjaan proyek bisa lebih teliti, matang, dan berdampak maksimal bagi masyarakat.

"Saya berharap pada tahun depan 2026, pekerjaan hybrid sea wall bisa selesai. Sekitar 20-30 km panjangnya," ucapnya.

Tak hanya itu, ia juga berharap, pembangunan proyek ini mendapatkan dukungan dari masyarakat, sebab upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan Demak dari banjir dan rob.

Sementara itu, Tim Pengendalian Banjir dan Rob Jateng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Semarang, Denny Nugroho Sugianto, mengatakan, konsep hybrid sea wall yang akan digarap merupakan langkah konkret Pemprov Jateng dan perguruan tinggi dalam menyelesaikan persoalan rob.

Ia mengungkapkan, Undip sudah melakukan riset konsep hybrid sea wall sejak tahun 2012 di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak. Konsep ini memadukan penggunaan beton ringan berbentuk tabung, untuk menahan gelombang laut di sisi utara dan menahan sedimentasi di sisi selatannya. 

Sedimentasi yang dikeruk akan dimasukkan ke dalam beton sebagai media tanam untuk menanam bakau atau mangrove. Dengan begitu, tanaman mangrove dan ekosistemnya akan menjadi perisai alami yang akan menahan rob.

"Konsep ini perpaduan antara bagaimana kita melindungi pantai dan sungai," kata Denny.

Ia pun menambahkan, penanganan banjir dan rob berbasis alam tersebut cocok dengan karakter tanah di Pantai Utara Jawa, yang secara geologi merupakan tanah muda atau lunak. 

"Solusi berbasis alam ini jadi salah satu konsep yang diterapkan dan diimplementasikan di Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Sayung, Demak. Mudah-mudahan juga bisa diadopsi di seluruh wilayah Indonesia yang lain, karena karakteristik tanahnya hampir sama," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pembangunan Hybrid Sea Wall di Kabupaten Demak dimulai pada Oktober 2025.

Sebagai informasi, hybrid sea wall merupakan tanggul laut yang didesain dengan kombinasi beton ringan berbentuk kelontong atau tabung, untuk menahan ombak. Konsepnya, konstruksi beton itu ditata tiga tumpuk ke atas, diisi dengan material hasil pengerukan sedimentasi, dan dijadikan media tanam mangrove. Upaya ini bertujuan untuk membentuk ekosistem mangrove baru secara alami di kawasan pesisir. 

Hal itu disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam Rapat Penanganan Banjir Rob Kabupaten Demak di ruang kerjanya pada Rabu, 25 Juni 2025 sore.

Rapat yang melibatkan ahli dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Demak, dan dinas-dinas terkait itu, membahas terkait pembagian tugas pokok fungsi (tupoksi), mulai dari pematangan rancangan desain, penentuan lokasi titik koordinat, perizinan, sosialisasi masyarakat, lelang pekerjaan, dan lain-lain.

"Ahamdulillah finalisasi sudah ketemu. Insyaallah akan bisa segera dikerjakan. Juli-September 2025 mulai dari pematangan desain hingga penyelesain penentuan titik koordinat pekerjaan. Pemkab Demak bertugas untuk menyosialisasikan kepada masyarakat," ucap Wagub usai rapat.

Ia berharap, pekerjaan fisik hybrid sea wall bisa dimulai pada Oktober 2025. Adapun anggarannya bersumber dari pemerintah pusat.

Dengan estimasi awal sekitar Rp1,7 triliun untuk hybrid sea wall, Wagub berharap, anggaran ini dapat digunakan memperpanjang tanggul laut, mulai dari sepanjang garis pantai Sayung, Demak hingga Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. 

Wagub menyampaikan, pekerjaan hybrid sea wall juga direncanakan menjadi proyek multiyears atau pengerjaannya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Dengan harapan, pekerjaan proyek bisa lebih teliti, matang, dan berdampak maksimal bagi masyarakat.

"Saya berharap pada tahun depan 2026, pekerjaan hybrid sea wall bisa selesai. Sekitar 20-30 km panjangnya," ucapnya.

Tak hanya itu, ia juga berharap, pembangunan proyek ini mendapatkan dukungan dari masyarakat, sebab upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan Demak dari banjir dan rob.

Sementara itu, Tim Pengendalian Banjir dan Rob Jateng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Semarang, Denny Nugroho Sugianto, mengatakan, konsep hybrid sea wall yang akan digarap merupakan langkah konkret Pemprov Jateng dan perguruan tinggi dalam menyelesaikan persoalan rob.

Ia mengungkapkan, Undip sudah melakukan riset konsep hybrid sea wall sejak tahun 2012 di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak. Konsep ini memadukan penggunaan beton ringan berbentuk tabung, untuk menahan gelombang laut di sisi utara dan menahan sedimentasi di sisi selatannya. 

Sedimentasi yang dikeruk akan dimasukkan ke dalam beton sebagai media tanam untuk menanam bakau atau mangrove. Dengan begitu, tanaman mangrove dan ekosistemnya akan menjadi perisai alami yang akan menahan rob.

"Konsep ini perpaduan antara bagaimana kita melindungi pantai dan sungai," kata Denny.

Ia pun menambahkan, penanganan banjir dan rob berbasis alam tersebut cocok dengan karakter tanah di Pantai Utara Jawa, yang secara geologi merupakan tanah muda atau lunak. 

"Solusi berbasis alam ini jadi salah satu konsep yang diterapkan dan diimplementasikan di Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Sayung, Demak. Mudah-mudahan juga bisa diadopsi di seluruh wilayah Indonesia yang lain, karena karakteristik tanahnya hampir sama," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu