Follow Us :              

Warga Lereng Merapi Diimbau Jangan 'Gegana'

  02 June 2018  |   15:00:00  |   dibaca : 358 
Kategori :
Bagikan :


Warga Lereng Merapi Diimbau Jangan 'Gegana'

02 June 2018 | 15:00:00 | dibaca : 358
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

BOYOLALI- Pasca-erupsi Gunung Merapi pada Jumat (1/6/2018), warga diimbau meningkatkan kewaspadaan dan tetap tenang serta tidak panik apalagi "gegana". Kendati kondisi sudah relatif aman, masyarakat harus tanggap dan siap siaga terhadap segala kemungkinan bencana Merapi.

"Tadi pagi sekitar pukul 07.00, saya mendapat info dari BMKG bahwa kondisi puncak Merapi sudah terang. Ini penting disampaikan pemahaman kepada warga supaya jangan "gegana", yakni gelisah, galau, dan merana," ujar Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP saat meninjau kondisi warga di tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) Dukuh Tlogolele, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Sabtu (2/6/2018). 

Diketahui ada sebanyak 1.610 warga mengungsi ke TPPS Tlogolele. Pengungsi berasal dari enam dukuh di Desa Tlogolele yang terdiri dari orang dewasa, anak-anak, lansia  dan balita. Mereka akan mengungsi hingga kondisi Merapi dinyatakan sudah aman.

"Namun pada esok harinya, tidak sedikit warga kembali ke rumah untuk bekerja, mengurus ternak, dan bertani karena kondisi sudah mulai aman," kata sekda.

Menurutnya, kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam luar biasa. Dari segi pra bencana, jika ada tanda-tanda aktivitas Merapi warga di daerah rawan terdampak bencana diungsikan ke tempat yang lebih aman. Kemudian saat terjadi bencana, tidak sedikit warga dari luar daerah ikut berpartisipasi membantu dan peduli.

"Selain itu pasca bencana, ketersediaan logistik sangat penting. Seperti tadi saya cek logistiknya sangat cukup dan layak konsumsi. Obat-obatan dan layanan kesehatan juga ada," bebernya.

Kondisi ini, kata dia, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan dan langkah-langkah BPBD provinsi maupun kabupaten/kota sudah siap dan tepat, serta respon masyarakat juga positif. Artinya tingkat kegotongroyongan masih tinggi dan secara umum kesiapan dari masyarakat luar biasa, tanggap bencana sudah otomatis kerelaan dan keiklhasan.

TPPS yang memanfaatkan gedung olahraga tersebut, mampu menampung seribuan pengungsi dari beberapa dukuh yang tersebar di Desa Tlogolele. Selain tertampung di dalam gedung, BPBD juga mendirikan tenda besar di halaman GOR. TPPS Tlogolele juga melibatkan instansi lainnya seperti PMI, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan yang siap membantu berbagai kebutuhan masyarakat.

"Ada usulan dari pak kades, kedepan dibangun dapur umum dan 5 unit MCK di samping GOR ini. Insya Allah akan dibantu dan segera dibangun oleh Dinsos Provinsi Jateng," imbuhnya.

Selain di TPPS Tlogolele, Sekda sebelumnya juga mengunjungi Posko Pemantauan Merapi Induk 907 di Dusun Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten dan posko pengungsian di Balai Desa Balerante. Sekitar 10 warga yang sebagian besar lanjut usia masih bertahan di posko pengungsian.

"Saya mengungsi sejak Kamis malam. Kalau malam di posko ini ada sekitar 100 pengungsi, termasuk saya dan kedua anak saya. Kalau siang hanya balita dan lansia yang bertahan di posko, yang lainnya bekerja dan mengurus rumah sedangkan anak-anak sekolah," beber Herina (33), salah seorang pengungsi asal Dusun Gondang. 

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana menyampaikan, sampai saat ini status Gunung Merapi masih waspada, dan belum mengeluarkan awan panas. 

"Sehingga saat kondisi waspada ini masyarakat Klaten, Magelang, dan Boyolali yang bermukim di lereng Merapi bergerak ke titik kumpul, itu merupakan suatu tindakan yang positif. Karena mungkin warga traumatik dengan kejadian tahun 2010 silam," terangnya.

Menurutnya, ini menjadi edukasi yang luar biasa, akan tetapi menjadi sangat tidak luar biasa kalau berhari-hari warga tinggal di pengungsian. Terkait level status Merapi saat ini, pemda diharapkan bisa menjelaskan secara benar bahwa Merapi berstatus waspada sehingga radius 3 kilometer dari puncak gunung harus dikosongkan dari aktivitas warga.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan status Merapi saat ini pada level waspada. Jumat malam, 1 Juni 2018, Merapi erupsi dua kali, pukul 20.24 dan 21.00. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta menyebut erupsi kali ini mengakibatkan kolom letusan mencapai 1.000 meter tegak. 

(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca jugaPemprov Serahkan Bantuan Untuk Korban Gempa Banjarnegara


Bagikan :

BOYOLALI- Pasca-erupsi Gunung Merapi pada Jumat (1/6/2018), warga diimbau meningkatkan kewaspadaan dan tetap tenang serta tidak panik apalagi "gegana". Kendati kondisi sudah relatif aman, masyarakat harus tanggap dan siap siaga terhadap segala kemungkinan bencana Merapi.

"Tadi pagi sekitar pukul 07.00, saya mendapat info dari BMKG bahwa kondisi puncak Merapi sudah terang. Ini penting disampaikan pemahaman kepada warga supaya jangan "gegana", yakni gelisah, galau, dan merana," ujar Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP saat meninjau kondisi warga di tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) Dukuh Tlogolele, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Sabtu (2/6/2018). 

Diketahui ada sebanyak 1.610 warga mengungsi ke TPPS Tlogolele. Pengungsi berasal dari enam dukuh di Desa Tlogolele yang terdiri dari orang dewasa, anak-anak, lansia  dan balita. Mereka akan mengungsi hingga kondisi Merapi dinyatakan sudah aman.

"Namun pada esok harinya, tidak sedikit warga kembali ke rumah untuk bekerja, mengurus ternak, dan bertani karena kondisi sudah mulai aman," kata sekda.

Menurutnya, kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam luar biasa. Dari segi pra bencana, jika ada tanda-tanda aktivitas Merapi warga di daerah rawan terdampak bencana diungsikan ke tempat yang lebih aman. Kemudian saat terjadi bencana, tidak sedikit warga dari luar daerah ikut berpartisipasi membantu dan peduli.

"Selain itu pasca bencana, ketersediaan logistik sangat penting. Seperti tadi saya cek logistiknya sangat cukup dan layak konsumsi. Obat-obatan dan layanan kesehatan juga ada," bebernya.

Kondisi ini, kata dia, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan dan langkah-langkah BPBD provinsi maupun kabupaten/kota sudah siap dan tepat, serta respon masyarakat juga positif. Artinya tingkat kegotongroyongan masih tinggi dan secara umum kesiapan dari masyarakat luar biasa, tanggap bencana sudah otomatis kerelaan dan keiklhasan.

TPPS yang memanfaatkan gedung olahraga tersebut, mampu menampung seribuan pengungsi dari beberapa dukuh yang tersebar di Desa Tlogolele. Selain tertampung di dalam gedung, BPBD juga mendirikan tenda besar di halaman GOR. TPPS Tlogolele juga melibatkan instansi lainnya seperti PMI, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan yang siap membantu berbagai kebutuhan masyarakat.

"Ada usulan dari pak kades, kedepan dibangun dapur umum dan 5 unit MCK di samping GOR ini. Insya Allah akan dibantu dan segera dibangun oleh Dinsos Provinsi Jateng," imbuhnya.

Selain di TPPS Tlogolele, Sekda sebelumnya juga mengunjungi Posko Pemantauan Merapi Induk 907 di Dusun Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten dan posko pengungsian di Balai Desa Balerante. Sekitar 10 warga yang sebagian besar lanjut usia masih bertahan di posko pengungsian.

"Saya mengungsi sejak Kamis malam. Kalau malam di posko ini ada sekitar 100 pengungsi, termasuk saya dan kedua anak saya. Kalau siang hanya balita dan lansia yang bertahan di posko, yang lainnya bekerja dan mengurus rumah sedangkan anak-anak sekolah," beber Herina (33), salah seorang pengungsi asal Dusun Gondang. 

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana menyampaikan, sampai saat ini status Gunung Merapi masih waspada, dan belum mengeluarkan awan panas. 

"Sehingga saat kondisi waspada ini masyarakat Klaten, Magelang, dan Boyolali yang bermukim di lereng Merapi bergerak ke titik kumpul, itu merupakan suatu tindakan yang positif. Karena mungkin warga traumatik dengan kejadian tahun 2010 silam," terangnya.

Menurutnya, ini menjadi edukasi yang luar biasa, akan tetapi menjadi sangat tidak luar biasa kalau berhari-hari warga tinggal di pengungsian. Terkait level status Merapi saat ini, pemda diharapkan bisa menjelaskan secara benar bahwa Merapi berstatus waspada sehingga radius 3 kilometer dari puncak gunung harus dikosongkan dari aktivitas warga.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan status Merapi saat ini pada level waspada. Jumat malam, 1 Juni 2018, Merapi erupsi dua kali, pukul 20.24 dan 21.00. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta menyebut erupsi kali ini mengakibatkan kolom letusan mencapai 1.000 meter tegak. 

(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca jugaPemprov Serahkan Bantuan Untuk Korban Gempa Banjarnegara


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu