Follow Us :              

Santri Didorong Jadi Pelopor Anti Narkoba

  11 July 2018  |   12:00:00  |   dibaca : 437 
Kategori :
Bagikan :


Santri Didorong Jadi Pelopor Anti Narkoba

11 July 2018 | 12:00:00 | dibaca : 437
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

KENDAL - Santri pelopor anti narkoba merupakan salah satu upaya pencegahan dini generasi muda bangsa dari bahaya narkotika. Terlebih peredaran narkoba kian marak dan menyasar berbagai kalangan usia, termasuk usia anak-anak. 

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat memberi sambutan pada penutupan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) tingkat Jateng di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno Kecamatan Boja, Kendal, Rabu (11/7/2018). 

"Dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), para santri juga harus menjadi pelopor menolak narkoba. Pramuka juga harus menjadi yang paling depan menolak narkoba," ujar gubernur.

Apalagi sekarang, lanjut dia, pemasaran narkoba kian canggih atau istilah trennya regenerasi marketing. Artinya narkoba tidak hanya menyasar kalangan muda dan orang tua, tapi juga anak-anak bahkan balita. Penjualanya pun tidak lagi di pinggir jalan atau tempat-tempat hiburan, namun sudah masuk sekolah, ponpes dan tempat-tempat umum lainnya. 

"Bahaya narkoba sangat mengancam generasi bangsa. Semua harus terlibat memberantasnya, termasuk para santri dan Pramuka," katanya.

Mantan anggota DPR RI itu berharap, melalui kegiatan kepramukaan seperti PPSN ini, mampu mendorong para santri mengamalkan nilai-nilai Dasa Dharma Pramuka dan Pancasila, budi pekerti, serta menjunjung tinggi kejujuran.

Dalam kesempatan itu, gubernur mengaku prihatin atas maraknya surat keterangan tidak mampu (SKTM) abal-abal selama pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) di berbagai daerah.

Menurutnya, tidak sedikit orang tua yang secara ekonomi mampu tetapi mengaku miskin untuk mendapatkan SKTM hanya karena ingin masuk sekolah tertentu atau favorit. Sikap orang tua seperti itu telah mengabaikan nilai-nilai kejujuran. Akibat ketidakjujuran para orang tua yang mengaku miskin demi anaknya masuk sekolah favorit, gubernur telah mencoret lebih dari 35 ribu SKTM calon siswa.

"Saya tega mencoret lebih dari 35 ribu SKTM abal-abal karena ketidakjujuran tidak ada toleransinya. Mengaku miskin dengan tujuan anaknya bisa masuk sekolah negeri favorit, padahal tidak diterima negeri bisa masuk pondok pesantren juga tidak kalah bagus," terangnya.

Di hadapan ratusan santri dari berbagai daerah di Jateng, gubernur mengapresiasi aksi seni budaya yang ditampilkan dalam upacara penutupan PPSN 2018. Masing-masing kontingen mengenakan busana dan kesenian khas daerah, seperti kontingen dari Kota Magelang tampil sebagai seniman topeng ireng lengkap dengan pakaian dan asesoris penari topeng ireng.

Penutupan kegiatan tahunan yang berlangsung sejak Sabtu (7/7/2018) tersebut, ditandai dengan pemukulan gong oleh gubernur didampingi Wakil Bupati Kendal Masrur Masykur, pengasuh ponpes, serta Forkopimda setempat.

(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Tatap Masa Depan, Menangkan Persaingan


Bagikan :

KENDAL - Santri pelopor anti narkoba merupakan salah satu upaya pencegahan dini generasi muda bangsa dari bahaya narkotika. Terlebih peredaran narkoba kian marak dan menyasar berbagai kalangan usia, termasuk usia anak-anak. 

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat memberi sambutan pada penutupan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) tingkat Jateng di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno Kecamatan Boja, Kendal, Rabu (11/7/2018). 

"Dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), para santri juga harus menjadi pelopor menolak narkoba. Pramuka juga harus menjadi yang paling depan menolak narkoba," ujar gubernur.

Apalagi sekarang, lanjut dia, pemasaran narkoba kian canggih atau istilah trennya regenerasi marketing. Artinya narkoba tidak hanya menyasar kalangan muda dan orang tua, tapi juga anak-anak bahkan balita. Penjualanya pun tidak lagi di pinggir jalan atau tempat-tempat hiburan, namun sudah masuk sekolah, ponpes dan tempat-tempat umum lainnya. 

"Bahaya narkoba sangat mengancam generasi bangsa. Semua harus terlibat memberantasnya, termasuk para santri dan Pramuka," katanya.

Mantan anggota DPR RI itu berharap, melalui kegiatan kepramukaan seperti PPSN ini, mampu mendorong para santri mengamalkan nilai-nilai Dasa Dharma Pramuka dan Pancasila, budi pekerti, serta menjunjung tinggi kejujuran.

Dalam kesempatan itu, gubernur mengaku prihatin atas maraknya surat keterangan tidak mampu (SKTM) abal-abal selama pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) di berbagai daerah.

Menurutnya, tidak sedikit orang tua yang secara ekonomi mampu tetapi mengaku miskin untuk mendapatkan SKTM hanya karena ingin masuk sekolah tertentu atau favorit. Sikap orang tua seperti itu telah mengabaikan nilai-nilai kejujuran. Akibat ketidakjujuran para orang tua yang mengaku miskin demi anaknya masuk sekolah favorit, gubernur telah mencoret lebih dari 35 ribu SKTM calon siswa.

"Saya tega mencoret lebih dari 35 ribu SKTM abal-abal karena ketidakjujuran tidak ada toleransinya. Mengaku miskin dengan tujuan anaknya bisa masuk sekolah negeri favorit, padahal tidak diterima negeri bisa masuk pondok pesantren juga tidak kalah bagus," terangnya.

Di hadapan ratusan santri dari berbagai daerah di Jateng, gubernur mengapresiasi aksi seni budaya yang ditampilkan dalam upacara penutupan PPSN 2018. Masing-masing kontingen mengenakan busana dan kesenian khas daerah, seperti kontingen dari Kota Magelang tampil sebagai seniman topeng ireng lengkap dengan pakaian dan asesoris penari topeng ireng.

Penutupan kegiatan tahunan yang berlangsung sejak Sabtu (7/7/2018) tersebut, ditandai dengan pemukulan gong oleh gubernur didampingi Wakil Bupati Kendal Masrur Masykur, pengasuh ponpes, serta Forkopimda setempat.

(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Tatap Masa Depan, Menangkan Persaingan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu