Follow Us :              

Stop "Hoax" yang Bikin "Hoex"

  08 January 2017  |   07:00:00  |   dibaca : 414 
Kategori :
Bagikan :


Stop "Hoax" yang Bikin "Hoex"

08 January 2017 | 07:00:00 | dibaca : 414
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang - Pengguna media sosial semakin marak, tidak hanya mereka yang dewasa, tapi juga anak-anak. Setiap hari banyak berita maupun informasi yang di share di media massa. Tapi, apakah berita yang disebarkan itu selalu terjaga kebenarannya?

 

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengungkapkan peringkat literasi Indonesia berdasar data World's Most Literate Nations hanya menduduki posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti. Kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah pengguna sosial di Indonesia yang menduduki peringkat lima di dunia. Data itu menunjukkan kemampuan menulis pengguna sosial media yang tidak diiringi dengan tingginya minat baca. Akibatnya, muncul informasi hoax.

 

"Soal membaca kita juara terakhir. Tapi soal cerewet di media sosial, kita juara. Kalau tidak salah, (peringkat) lima. Maka tingkat kecerewetan kita di sosial media itu, nyaris tanpa literasi alias seringkali ngawur. Maka yang terjadi adalah hoax yang bikin 'hoex'," kata Ganjar dalam Deklarasi Masyarakat Indonesia Antihoax, Bentuk Perlawanan Masyarakat terhadap Ketidakadilan dan Ketidakjujuran di Sosial Media, di kawasan caf free day (CFD) Jalan Pahlawan, Minggu (8/1) .

 

Informasi hoax, imbuhnya, sangat rentan menimbulkan hal-hal negatif. Seperti memancing amarah, kekacauan, memunculkan keresahan, dan memecah belah persatuan dan kesatuan. Karenanya, gubernur meminta setiap masyarakat, khususnya pengguna sosial media, berhati-hati dalam menulis atau mengomentari sesuatu. Masyarakat juga diminta jangan langsung percaya terhadap suatu informasi. Lakukan konfirmasi untuk mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

 

"Saya titip, kalau kemudian kita berkomentar, yuk kita bertanggungjawab. Jaga kekompakan. Jaga omongan kita. Jaga kedamaian dalam bersosial media," ujarnya.

 

Di samping mengajak melawan informasi bodong, Ganjar juga menyerukan untuk melawan penyebar informasi dari akun anonim. Sebab, penyebar informasi yang menggunakan nama alias atau tidak sebenarnya adalah orang yang tidak mampu bertanggung jawab atas informasi yang dia sebarkan.

 

"Kita lawan anonim. Ayo kita tunjukkan identitas kita sebenarnya. Agar kita berkata, berbicara dengan bertanggungjawab," serunya. (Humas Jateng)


Bagikan :

Semarang - Pengguna media sosial semakin marak, tidak hanya mereka yang dewasa, tapi juga anak-anak. Setiap hari banyak berita maupun informasi yang di share di media massa. Tapi, apakah berita yang disebarkan itu selalu terjaga kebenarannya?

 

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengungkapkan peringkat literasi Indonesia berdasar data World's Most Literate Nations hanya menduduki posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti. Kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah pengguna sosial di Indonesia yang menduduki peringkat lima di dunia. Data itu menunjukkan kemampuan menulis pengguna sosial media yang tidak diiringi dengan tingginya minat baca. Akibatnya, muncul informasi hoax.

 

"Soal membaca kita juara terakhir. Tapi soal cerewet di media sosial, kita juara. Kalau tidak salah, (peringkat) lima. Maka tingkat kecerewetan kita di sosial media itu, nyaris tanpa literasi alias seringkali ngawur. Maka yang terjadi adalah hoax yang bikin 'hoex'," kata Ganjar dalam Deklarasi Masyarakat Indonesia Antihoax, Bentuk Perlawanan Masyarakat terhadap Ketidakadilan dan Ketidakjujuran di Sosial Media, di kawasan caf free day (CFD) Jalan Pahlawan, Minggu (8/1) .

 

Informasi hoax, imbuhnya, sangat rentan menimbulkan hal-hal negatif. Seperti memancing amarah, kekacauan, memunculkan keresahan, dan memecah belah persatuan dan kesatuan. Karenanya, gubernur meminta setiap masyarakat, khususnya pengguna sosial media, berhati-hati dalam menulis atau mengomentari sesuatu. Masyarakat juga diminta jangan langsung percaya terhadap suatu informasi. Lakukan konfirmasi untuk mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

 

"Saya titip, kalau kemudian kita berkomentar, yuk kita bertanggungjawab. Jaga kekompakan. Jaga omongan kita. Jaga kedamaian dalam bersosial media," ujarnya.

 

Di samping mengajak melawan informasi bodong, Ganjar juga menyerukan untuk melawan penyebar informasi dari akun anonim. Sebab, penyebar informasi yang menggunakan nama alias atau tidak sebenarnya adalah orang yang tidak mampu bertanggung jawab atas informasi yang dia sebarkan.

 

"Kita lawan anonim. Ayo kita tunjukkan identitas kita sebenarnya. Agar kita berkata, berbicara dengan bertanggungjawab," serunya. (Humas Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu