Follow Us :              

Laboratorium Covid-19 Bertambah, Jateng Butuh Lebih Banyak Zat Primer untuk Tes PCR

  16 April 2020  |   10:00:00  |   dibaca : 1267 
Kategori :
Bagikan :


Laboratorium Covid-19 Bertambah, Jateng Butuh Lebih Banyak Zat Primer untuk Tes PCR

16 April 2020 | 10:00:00 | dibaca : 1267
Kategori :
Bagikan :

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemerintah pusat mempercepat distribusi zat primer ke daerah. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kekosongan zat primer yang merupakan komponen utama tes polymerase chain reaction (PCR).

PCR merupakan salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan virus corona pada sampel swab pasien. Tes PCR biasanya memakan waktu 2-3 hari, namun jika ditambahkan zat primer, hasil PCR bisa diketahui dalam hitungan jam.

"Targetnya, kita mempermudah dan mempercepat pemeriksaan swab itu, jadi hasilnya cepat diketahui," kata Ganjar di Puri Gedeh, Kamis (16/4/2020). 

Ganjar menambahkan, di Jawa Tengah ada enam laboratorium yang bisa melakukan uji PCR, yakni di RSUP dr Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Semarang, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUD dr Moewardi, dan RS Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Adanya penambahan laboratorium tersebut mensyaratkan kebutuhan zat primer yang lebih banyak. 

Kalau (stok zat primer) kurang sih enggak tapi perlu percepatan distribusi dari pusat. Karena dengan adanya penambahan laboratorium itu pasti ada peningkatan kuantitas,” katanya.

Selama ini, distribusi zat primer dilakukan langsung oleh Kementerian Kesehatan ke masing-masing laboratorium, tanpa melewati Gugus Tugas Covid-19 maupun pemerintah daerah. Ganjar berharap, ketika nantinya terjadi lonjakan kasus covid-19, Kementerian Kesehatan memberikan akses kepada pemerintah daerah untuk memperoleh atau mengadakan zat tersebut.

"Sekarang saya minta agar pusat segera mengirim itu (zat primer). Kalau tidak, saya minta ditunjukkan saja itu belinya di mana agar kami beli sendiri. Jauh-jauh hari ini sudah saya sampaikan ke Menteri Kesehatan. Dijawab, ‘karena untuk membeli alat ini hanya bergantung satu negara, maka kini sedang berusaha mencari negara lain’," katanya.


Bagikan :

SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemerintah pusat mempercepat distribusi zat primer ke daerah. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kekosongan zat primer yang merupakan komponen utama tes polymerase chain reaction (PCR).

PCR merupakan salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan virus corona pada sampel swab pasien. Tes PCR biasanya memakan waktu 2-3 hari, namun jika ditambahkan zat primer, hasil PCR bisa diketahui dalam hitungan jam.

"Targetnya, kita mempermudah dan mempercepat pemeriksaan swab itu, jadi hasilnya cepat diketahui," kata Ganjar di Puri Gedeh, Kamis (16/4/2020). 

Ganjar menambahkan, di Jawa Tengah ada enam laboratorium yang bisa melakukan uji PCR, yakni di RSUP dr Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Semarang, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUD dr Moewardi, dan RS Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Adanya penambahan laboratorium tersebut mensyaratkan kebutuhan zat primer yang lebih banyak. 

Kalau (stok zat primer) kurang sih enggak tapi perlu percepatan distribusi dari pusat. Karena dengan adanya penambahan laboratorium itu pasti ada peningkatan kuantitas,” katanya.

Selama ini, distribusi zat primer dilakukan langsung oleh Kementerian Kesehatan ke masing-masing laboratorium, tanpa melewati Gugus Tugas Covid-19 maupun pemerintah daerah. Ganjar berharap, ketika nantinya terjadi lonjakan kasus covid-19, Kementerian Kesehatan memberikan akses kepada pemerintah daerah untuk memperoleh atau mengadakan zat tersebut.

"Sekarang saya minta agar pusat segera mengirim itu (zat primer). Kalau tidak, saya minta ditunjukkan saja itu belinya di mana agar kami beli sendiri. Jauh-jauh hari ini sudah saya sampaikan ke Menteri Kesehatan. Dijawab, ‘karena untuk membeli alat ini hanya bergantung satu negara, maka kini sedang berusaha mencari negara lain’," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu