Foto : (Humas Jateng)
Foto : (Humas Jateng)
Memanfaatkan lahan pekarangan warga, para ibu-ibu warga setempat menanami pekarangan dengan berbagai macam tanaman hortikultura, terutama cabe dan sayur mayur. Bupati Wonogiri Joko Sutopo dalam sabutannya mengatakan, keberadaan KWT ternyata menjadi solusi manakala ada kreativitas inovasi dan komitmen untuk memanfaatkan potensi pekarangan milik warga setempat.
Setidaknya, dengan hal tersebut bisa menekan biaya rumah tangga dalam menghadapi kenaikan harga komoditas di pasaran.
“Beberapa waktu lalu saat harga cabe menyentuh Rp 130 ribu per kilogram, bagi warga miskin yang kalau makan cukup dengan sambel dan tempe, menjadikan cabe bukan lagi konsumsi warga miskin. Tapi dengan ini (pemanfaatan pekarangan untuk pangan), harga cabe sampai berapa pun tentu akan jadi kemandirian untuk memenuhi kebutuhan,” katanya.
Lebih jauh Joko menjelaskan, dari 294 desa di Wonogiri, saat ini telah dikembangkan KWT di 115 desa yang memanfaatkan pekarangan baik lahan tersendiri atau yang ada di depan rumah guna diberdayakan sebagai tempat penanaman tanaman pendukung ketahanan pangan. Termasuk dari pemkab sendiri juga membantu melalui program-program pendamping.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko Msi saat sambutan mengatakan kalau warga masyarakat sebenarnya bisa menanam lombok walau tidak punya lahan yang luas. Bahkan, bagi warga miskin di desa yang hanya punya sedikit lahan bisa menanam lombok sebagai bentuk upaya ketahanan pangan mandiri tanpa harus membeli.
“Di lingkungan kita tidak harus semua bahan makanannya beli. Beli yang terpaksa memang harus beli. Tapi kalau lombok bisa tanam sendiri, kemudian tanam tanaman lain seperti daun
kelor atau kalau tidak daun katuk, ditambah lagi pakai daun singkong, dan itu tidak usah beli karena bisa ditanam,” katanya.
Tak hanya itu saja, Heru menjelaskan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) saat ini juga sudah memperkenalkan teknologi bercocok tanam menggunakan bibit yang baik sehingga
kualitas hasilnya baik pula. Berikut serta dari pemerintah sendiri juga sudah berperan melalui kebijakan mengalirkan dana besar untuk mendukung hal ini.
“Tinggal bagaimana menggerakkannya. Menggerakkannya bisa lewat mendayagunakan TP PKK
walau yang bertanggung jawab tetap pemerintah. Intinya kemudian masyarakat desa bisa
ketercukupan gizi, protein, dan vitamin tanpa harus beli (di pasaran),” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Tim Penggerak PKK Erni Guntarti Tjahjo Kumolo
saat sambutan mengatakan kegiatan Gerakan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan jangan
dipandang secara sempit, namun bisa dimaknai dengan lebih luas.
Menurutnya, pekarangan yang berada di sekitar tempat tinggal merupakan tempat multifungsi,
kaya manfaat dan kaya nilai. Pekarangan tidak diartikan sebagai sebuah pekarangan berupa lahan
tanah saja, karena tempat tinggal yang hanya memiliki teras rumah saja juga bisa disebut sebagai
pekarangan.
“Teras rumah bisa dimanfaatkan bercocok tanam dengan cara menanam didalam pot, apalagi
tempat tinggal yang memiliki lahan tanah. Sekecil apapun bisa kita manfaatkan untuk bercocok
tanam berbagai macam tanaman yang bermanfaat untuk kebutuhan keluarga, juga bisa
digunakan untuk mendukung kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Oleh karena itu pemanfaatan pekarangan ke depan harus bisa dioptimalkan. Sehingga melalui
gerakan ini juga merupakan peningkatan kesadaran untuk mengoptimalkan serta memanfaatkan
lahan pekarangan untuk ketahanan keluarga.
“Jadi misal kemarin harga cabe naik, setidaknya kalau satu rumah minimal memiliki 10 pohon
cabe pasti kebutuhan cabe akan terpenuhi untuk kebutuhan masing-masing. Termasuk kebutuhan
lain seperti sayur mayur dan buah-buahan, untuk kebutuhan masing-masing jadi tidak harus beli
lagi ke pasar, atau kalau memungkinkan bisa dijual ke tetangga yang butuh,” katanya.
Beri Benih Gratis
Acara launching tersebut selain diisi dengan kegiatan melihat-lihat kebun percontohan KWT
Samara Dusun Glesung dan acara simbolis penanaman bibit cabe, juga diisi dengan
telekonferensi antara Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dengan 10 perwakilan TP
PKK masing-masing provinsi yang melakukan launching serempak gerakan tersebut.
Melalui siaran video live, Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa saat ini harga cabe di
pasar induk Rp 36 – 40 ribu per kilogram dari sebelumnya yang tembus hingga harga Rp 150
ribu per kilogram. Hal itu tidak lepas dari upaya Kementan yang sejak empat bulan lalu mulai
mencanangkan gerakan tanam cabe di sejumlah daerah.
“Sekarang kita minta Litbang BPTP seluruh Indonesia memberikan benih gratis dan kita layani
untuk tahun ini sebanyak 10 juta bibit cabe. Kemudian untuk tahun depan sudah kita anggarkan
Rp 200 miliar untuk benih bagi seluruh rumah tangga di Indonesia. Mulai dari cabe, bawang, dan
benih sayur mayur kami siapkan gratis,” katanya.
Mentan menegaskan, bahwa saat ini 34 cabang BPTP di seluruh Indonesia sudah diwajibkan
untuk membuat benih dan memberikannya gratis kepada setiap rumah tangga. Sehingga bisa
dibayangkan, apabila 60 juta rumah tangga dari seluruh Indonesia bisa bergerak bersama maka
bisa menekan biaya rumah tangga.
“Untuk sayur dan cabe misal Rp 1 juta per bulan biayanya, kalau dikali 60 juta rumah tangga
seluruh Indonesia itu nilainya bisa Rp 60 triliun (biaya rumah tangga yang bisa ditekan),”
katanya menjelaskan.
Sementara itu, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan
dari gerakan tanam cabe yang berlangsung intensif empat bulan terakhir, sudah terdistribusi
sebanyak 300 ribu bibit cabe ke seluruh daerah di Jateng. Kini TP PKK kabupaten/ kota juga
sudah meminta 1,2 juta bibit kepada BPTP Jateng dengan pendistribusian secara bertahap.
“Selain itu ada juga unggas, ternak, dan tanaman lain seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Ini
bisa menjadi sumber gizi keluarga dan pada akhirnya akan support pada ketahanan pangan
nasional,” katanya.
Atikoh berharap Kementan nantinya bisa memberikan lebih banyak bantuan bibit ke sejumlah
daerah di Jateng, seperti di desa-desa. Terutama untuk bibit buah-buahan dan sayur-sayuran bagi
daerah pedesaan yang lahannya masih banyak. Sehingga tidak saja dapat penambah gizi
keluarga, namun juga bisa diberdayakan untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Di pedesaan, imbuhnya, lahan yang tersedia masih cukup luas. Lahan tersebut sangat efektif
untuk budidaya sayur maupun buah. Sementara, di perkotaan dengan lahan yang terbatas, dapat
memanfaatkan lahan yang tersisa dengan menggunakan pot atau bisa juga dengan hidroponik.
Pada kesempatan tersebut, juga diserahkan bantuan bibit cabe, bibit sayur, kultivator dan ayam
petelur dari Kementan. Jumlah bantuan yang diberikan yaitu bibit cabe sebanyak 150 ribu bibit
untuk 10 provinsi, ayam petelur sebanyak seribu ekor di lokasi acara, dan 10 ribu ekor di
beberapa provinsi lainnya, serta kultivator sesuai kebutuhan masyarakat sekitar sebanyak 5 buah.
“Dipilihnya PKK sebagai mitra karena memiliki jaringan terstruktur dari tingkat pusat sampai
dasa wisma, sehingga dapat mendukung pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
secara masif,” kata Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Spudnik Sujono.
Melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan, khususnya penanaman cabe, diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi mengatasi gejolak harga pangan, khususnya cabe. Selain itu, dengan
pemberdayaan PKK untuk melakukan budidaya cabe dan sumber pangan lain pada pekarangan
rumah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta peningkatan
pendapatan, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga mampu
mewujudkan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga.
Memanfaatkan lahan pekarangan warga, para ibu-ibu warga setempat menanami pekarangan dengan berbagai macam tanaman hortikultura, terutama cabe dan sayur mayur. Bupati Wonogiri Joko Sutopo dalam sabutannya mengatakan, keberadaan KWT ternyata menjadi solusi manakala ada kreativitas inovasi dan komitmen untuk memanfaatkan potensi pekarangan milik warga setempat.
Setidaknya, dengan hal tersebut bisa menekan biaya rumah tangga dalam menghadapi kenaikan harga komoditas di pasaran.
“Beberapa waktu lalu saat harga cabe menyentuh Rp 130 ribu per kilogram, bagi warga miskin yang kalau makan cukup dengan sambel dan tempe, menjadikan cabe bukan lagi konsumsi warga miskin. Tapi dengan ini (pemanfaatan pekarangan untuk pangan), harga cabe sampai berapa pun tentu akan jadi kemandirian untuk memenuhi kebutuhan,” katanya.
Lebih jauh Joko menjelaskan, dari 294 desa di Wonogiri, saat ini telah dikembangkan KWT di 115 desa yang memanfaatkan pekarangan baik lahan tersendiri atau yang ada di depan rumah guna diberdayakan sebagai tempat penanaman tanaman pendukung ketahanan pangan. Termasuk dari pemkab sendiri juga membantu melalui program-program pendamping.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko Msi saat sambutan mengatakan kalau warga masyarakat sebenarnya bisa menanam lombok walau tidak punya lahan yang luas. Bahkan, bagi warga miskin di desa yang hanya punya sedikit lahan bisa menanam lombok sebagai bentuk upaya ketahanan pangan mandiri tanpa harus membeli.
“Di lingkungan kita tidak harus semua bahan makanannya beli. Beli yang terpaksa memang harus beli. Tapi kalau lombok bisa tanam sendiri, kemudian tanam tanaman lain seperti daun
kelor atau kalau tidak daun katuk, ditambah lagi pakai daun singkong, dan itu tidak usah beli karena bisa ditanam,” katanya.
Tak hanya itu saja, Heru menjelaskan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) saat ini juga sudah memperkenalkan teknologi bercocok tanam menggunakan bibit yang baik sehingga
kualitas hasilnya baik pula. Berikut serta dari pemerintah sendiri juga sudah berperan melalui kebijakan mengalirkan dana besar untuk mendukung hal ini.
“Tinggal bagaimana menggerakkannya. Menggerakkannya bisa lewat mendayagunakan TP PKK
walau yang bertanggung jawab tetap pemerintah. Intinya kemudian masyarakat desa bisa
ketercukupan gizi, protein, dan vitamin tanpa harus beli (di pasaran),” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Tim Penggerak PKK Erni Guntarti Tjahjo Kumolo
saat sambutan mengatakan kegiatan Gerakan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan jangan
dipandang secara sempit, namun bisa dimaknai dengan lebih luas.
Menurutnya, pekarangan yang berada di sekitar tempat tinggal merupakan tempat multifungsi,
kaya manfaat dan kaya nilai. Pekarangan tidak diartikan sebagai sebuah pekarangan berupa lahan
tanah saja, karena tempat tinggal yang hanya memiliki teras rumah saja juga bisa disebut sebagai
pekarangan.
“Teras rumah bisa dimanfaatkan bercocok tanam dengan cara menanam didalam pot, apalagi
tempat tinggal yang memiliki lahan tanah. Sekecil apapun bisa kita manfaatkan untuk bercocok
tanam berbagai macam tanaman yang bermanfaat untuk kebutuhan keluarga, juga bisa
digunakan untuk mendukung kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Oleh karena itu pemanfaatan pekarangan ke depan harus bisa dioptimalkan. Sehingga melalui
gerakan ini juga merupakan peningkatan kesadaran untuk mengoptimalkan serta memanfaatkan
lahan pekarangan untuk ketahanan keluarga.
“Jadi misal kemarin harga cabe naik, setidaknya kalau satu rumah minimal memiliki 10 pohon
cabe pasti kebutuhan cabe akan terpenuhi untuk kebutuhan masing-masing. Termasuk kebutuhan
lain seperti sayur mayur dan buah-buahan, untuk kebutuhan masing-masing jadi tidak harus beli
lagi ke pasar, atau kalau memungkinkan bisa dijual ke tetangga yang butuh,” katanya.
Beri Benih Gratis
Acara launching tersebut selain diisi dengan kegiatan melihat-lihat kebun percontohan KWT
Samara Dusun Glesung dan acara simbolis penanaman bibit cabe, juga diisi dengan
telekonferensi antara Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dengan 10 perwakilan TP
PKK masing-masing provinsi yang melakukan launching serempak gerakan tersebut.
Melalui siaran video live, Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa saat ini harga cabe di
pasar induk Rp 36 – 40 ribu per kilogram dari sebelumnya yang tembus hingga harga Rp 150
ribu per kilogram. Hal itu tidak lepas dari upaya Kementan yang sejak empat bulan lalu mulai
mencanangkan gerakan tanam cabe di sejumlah daerah.
“Sekarang kita minta Litbang BPTP seluruh Indonesia memberikan benih gratis dan kita layani
untuk tahun ini sebanyak 10 juta bibit cabe. Kemudian untuk tahun depan sudah kita anggarkan
Rp 200 miliar untuk benih bagi seluruh rumah tangga di Indonesia. Mulai dari cabe, bawang, dan
benih sayur mayur kami siapkan gratis,” katanya.
Mentan menegaskan, bahwa saat ini 34 cabang BPTP di seluruh Indonesia sudah diwajibkan
untuk membuat benih dan memberikannya gratis kepada setiap rumah tangga. Sehingga bisa
dibayangkan, apabila 60 juta rumah tangga dari seluruh Indonesia bisa bergerak bersama maka
bisa menekan biaya rumah tangga.
“Untuk sayur dan cabe misal Rp 1 juta per bulan biayanya, kalau dikali 60 juta rumah tangga
seluruh Indonesia itu nilainya bisa Rp 60 triliun (biaya rumah tangga yang bisa ditekan),”
katanya menjelaskan.
Sementara itu, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan
dari gerakan tanam cabe yang berlangsung intensif empat bulan terakhir, sudah terdistribusi
sebanyak 300 ribu bibit cabe ke seluruh daerah di Jateng. Kini TP PKK kabupaten/ kota juga
sudah meminta 1,2 juta bibit kepada BPTP Jateng dengan pendistribusian secara bertahap.
“Selain itu ada juga unggas, ternak, dan tanaman lain seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Ini
bisa menjadi sumber gizi keluarga dan pada akhirnya akan support pada ketahanan pangan
nasional,” katanya.
Atikoh berharap Kementan nantinya bisa memberikan lebih banyak bantuan bibit ke sejumlah
daerah di Jateng, seperti di desa-desa. Terutama untuk bibit buah-buahan dan sayur-sayuran bagi
daerah pedesaan yang lahannya masih banyak. Sehingga tidak saja dapat penambah gizi
keluarga, namun juga bisa diberdayakan untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Di pedesaan, imbuhnya, lahan yang tersedia masih cukup luas. Lahan tersebut sangat efektif
untuk budidaya sayur maupun buah. Sementara, di perkotaan dengan lahan yang terbatas, dapat
memanfaatkan lahan yang tersisa dengan menggunakan pot atau bisa juga dengan hidroponik.
Pada kesempatan tersebut, juga diserahkan bantuan bibit cabe, bibit sayur, kultivator dan ayam
petelur dari Kementan. Jumlah bantuan yang diberikan yaitu bibit cabe sebanyak 150 ribu bibit
untuk 10 provinsi, ayam petelur sebanyak seribu ekor di lokasi acara, dan 10 ribu ekor di
beberapa provinsi lainnya, serta kultivator sesuai kebutuhan masyarakat sekitar sebanyak 5 buah.
“Dipilihnya PKK sebagai mitra karena memiliki jaringan terstruktur dari tingkat pusat sampai
dasa wisma, sehingga dapat mendukung pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
secara masif,” kata Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Spudnik Sujono.
Melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan, khususnya penanaman cabe, diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi mengatasi gejolak harga pangan, khususnya cabe. Selain itu, dengan
pemberdayaan PKK untuk melakukan budidaya cabe dan sumber pangan lain pada pekarangan
rumah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta peningkatan
pendapatan, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga mampu
mewujudkan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga.
Berita Terbaru