Follow Us :              

Tidak Ada Konflik yang Bersumber Dari Agama

  27 January 2017  |   09:00:00  |   dibaca : 258 
Kategori :
Bagikan :


Tidak Ada Konflik yang Bersumber Dari Agama

27 January 2017 | 09:00:00 | dibaca : 258
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

 Salatiga - Menumbuhkan rasa solidaritas sangat penting di tengah- tengah masyarakat indonesia yang majemuk. Sehingga, tidak ada lagi konflik akibat perbedaan yang terjadi.

 

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifudin berpendapat, agama memegang peran utama terhadap tumbuhnya rasa solidaritas itu.

 

"Anak bangsa, solidaritas adalah kata kunci yang penting dalam kontek kekinian. Di sinilah agama punya tingkat urgensi karena agama hidup di tengah masyarakat yang terus berubah," katanya dalam acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja Indonesia di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Jumat (27/1).

 

Lukman sengaja menyampaikan hal tersebut, agar masyarakat pemeluk agama mengedepankan substansi dan esensi dari agama itu sendiri. Sebab, akhir-akhir ini banyak konflik antaranak bangsa, di mana agama kemudian seperti dijadikan faktor penyebab konflik.

 

"Saya ingin ajak bahwa sesungguhnya tidak ada konflik yang bersumber dari agama. Tidak mungkin agama yang begitu mulia, yang semua bicara bagaimana memanusiakan manusia, bagaimana mengangkat harkat, derajat, martabat manusia, dijadikan faktor penyebab konflik antarkita, yang justru bertolak belakang dengan ajaran agama itu sendiri," jelasnya.

 

Ditegaskan, tidak ada agama mana pun yang mengajarkan umatnya untuk saling merendahkan, menafikkan, bahkan menolerir kekerasan hingga menimbulkan korban. Maka, dapat disimpulkan bahwa konflik yang mengatasnamakan agama hanyalah menggunakan agama sebagai alat justifikasi, faktor pembenar atas landasan untuk mengagregasi kepentingannya sendiri, atau memobilisasi hubungan bagi para pihak yang berkonflik.

 

"Jadi sebenarnya konflik karena persoalan kepentingan saja. Bisa kepentingan politik, ekonomi, sosial dan seterusnya. Semoga pemahaman ini bisa lebih dimantapkan, sehingga kita punya semangat dan komitmen yang terus terjaga, bahwa tidak ada agama yang bisa dijadikan sumber konflik," urainya.

 

Keprihatinan serupa disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menyampaikan, di samping konflik yang mengatasnamakan agama, Indonesia juga menghadapi persoalan-persoalan lain, seperti, korupsi. Banyaknya pejabat negara yang terlibat kasus korupsi membuat rakyat menanyakan  statementship dari pemimpin negara.

 

Masalah lain yang perlu segera diselesaikan adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan berdampak pada banyak hal. Mulai dari kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi, pendidikan yang terabaikan, mudah dipengaruhi paham radikalisme, memunculkan tindak kejahatan, pornografi, hingga narkoba.

 

"Di Cilacap, ada bapak-bapak sepuh, stroke, dibuang keluarganya. Di tanah yang dikotaki, tidur situ, di atas dikasih bambu, dan daun pisang. Kemiskinan lagi-lagi seperti itu. Tapi siapa yang peduli. Banyak orang peduli secara digital dan kekinian. Difoto, diviralkan tapi belum ditolong. Tugas negara menolong. Saya berterima kasih gereja mengangkat isu ini," paparnya.

 

Anak-anak dari keluarga miskin, sambungnya, rentan mengenal pornografi secara clear. Sebab, kondisi keluarganya yang miskin, dengan rumah berukuran sangat kecil, memungkinkan mereka untuk menyaksikan ayah dan ibunya yang sedang berhubungan suami istri.

 

"Karena menyaksikan ayah ibunya (maaf) berhubungan suami istri, ada anak yang kemudian meniru dengan mengajak temannya. Ketika ditanya, dia menjawab, hanya main-main. Dia nggak ngerti. Sangat sedih. Betapa bahagianya kalau pemerintah bisa dibantu menyosialisasikan itu. Mereka anak-anak kita. Generasi masa depan, yang menurut saya jadi penting," kata ayah satu putera itu.

 

Sementara itu, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menambahkan, kasus korupsi di Indonesia tergolong parah. Karenanya, KPK kini menyusun program-program untuk membentuk karakter integritas, mulai dari usia dini. Dengan penanaman karakter integritas sejak usia dini, maka akan terbentuk integritas yang kuat hingga dia dewasa nanti.

 

"Kami di KPK sudah menyusun program mulai PAUD. Jadi saya membayangkan, bagaimana saya sekolah minggu pada waktu dulu. Kemudian jadi ketua LHKBP di Bandung, ternyata membentuk karakter integritas," tutupnya. (Humas Jateng)

 


Bagikan :

 Salatiga - Menumbuhkan rasa solidaritas sangat penting di tengah- tengah masyarakat indonesia yang majemuk. Sehingga, tidak ada lagi konflik akibat perbedaan yang terjadi.

 

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifudin berpendapat, agama memegang peran utama terhadap tumbuhnya rasa solidaritas itu.

 

"Anak bangsa, solidaritas adalah kata kunci yang penting dalam kontek kekinian. Di sinilah agama punya tingkat urgensi karena agama hidup di tengah masyarakat yang terus berubah," katanya dalam acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja Indonesia di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Jumat (27/1).

 

Lukman sengaja menyampaikan hal tersebut, agar masyarakat pemeluk agama mengedepankan substansi dan esensi dari agama itu sendiri. Sebab, akhir-akhir ini banyak konflik antaranak bangsa, di mana agama kemudian seperti dijadikan faktor penyebab konflik.

 

"Saya ingin ajak bahwa sesungguhnya tidak ada konflik yang bersumber dari agama. Tidak mungkin agama yang begitu mulia, yang semua bicara bagaimana memanusiakan manusia, bagaimana mengangkat harkat, derajat, martabat manusia, dijadikan faktor penyebab konflik antarkita, yang justru bertolak belakang dengan ajaran agama itu sendiri," jelasnya.

 

Ditegaskan, tidak ada agama mana pun yang mengajarkan umatnya untuk saling merendahkan, menafikkan, bahkan menolerir kekerasan hingga menimbulkan korban. Maka, dapat disimpulkan bahwa konflik yang mengatasnamakan agama hanyalah menggunakan agama sebagai alat justifikasi, faktor pembenar atas landasan untuk mengagregasi kepentingannya sendiri, atau memobilisasi hubungan bagi para pihak yang berkonflik.

 

"Jadi sebenarnya konflik karena persoalan kepentingan saja. Bisa kepentingan politik, ekonomi, sosial dan seterusnya. Semoga pemahaman ini bisa lebih dimantapkan, sehingga kita punya semangat dan komitmen yang terus terjaga, bahwa tidak ada agama yang bisa dijadikan sumber konflik," urainya.

 

Keprihatinan serupa disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menyampaikan, di samping konflik yang mengatasnamakan agama, Indonesia juga menghadapi persoalan-persoalan lain, seperti, korupsi. Banyaknya pejabat negara yang terlibat kasus korupsi membuat rakyat menanyakan  statementship dari pemimpin negara.

 

Masalah lain yang perlu segera diselesaikan adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan berdampak pada banyak hal. Mulai dari kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi, pendidikan yang terabaikan, mudah dipengaruhi paham radikalisme, memunculkan tindak kejahatan, pornografi, hingga narkoba.

 

"Di Cilacap, ada bapak-bapak sepuh, stroke, dibuang keluarganya. Di tanah yang dikotaki, tidur situ, di atas dikasih bambu, dan daun pisang. Kemiskinan lagi-lagi seperti itu. Tapi siapa yang peduli. Banyak orang peduli secara digital dan kekinian. Difoto, diviralkan tapi belum ditolong. Tugas negara menolong. Saya berterima kasih gereja mengangkat isu ini," paparnya.

 

Anak-anak dari keluarga miskin, sambungnya, rentan mengenal pornografi secara clear. Sebab, kondisi keluarganya yang miskin, dengan rumah berukuran sangat kecil, memungkinkan mereka untuk menyaksikan ayah dan ibunya yang sedang berhubungan suami istri.

 

"Karena menyaksikan ayah ibunya (maaf) berhubungan suami istri, ada anak yang kemudian meniru dengan mengajak temannya. Ketika ditanya, dia menjawab, hanya main-main. Dia nggak ngerti. Sangat sedih. Betapa bahagianya kalau pemerintah bisa dibantu menyosialisasikan itu. Mereka anak-anak kita. Generasi masa depan, yang menurut saya jadi penting," kata ayah satu putera itu.

 

Sementara itu, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menambahkan, kasus korupsi di Indonesia tergolong parah. Karenanya, KPK kini menyusun program-program untuk membentuk karakter integritas, mulai dari usia dini. Dengan penanaman karakter integritas sejak usia dini, maka akan terbentuk integritas yang kuat hingga dia dewasa nanti.

 

"Kami di KPK sudah menyusun program mulai PAUD. Jadi saya membayangkan, bagaimana saya sekolah minggu pada waktu dulu. Kemudian jadi ketua LHKBP di Bandung, ternyata membentuk karakter integritas," tutupnya. (Humas Jateng)

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu