Follow Us :              

IVA Test Bukan Pengganti Pap Smear

  22 October 2017  |   13:00:00  |   dibaca : 324 
Kategori :
Bagikan :


IVA Test Bukan Pengganti Pap Smear

22 October 2017 | 13:00:00 | dibaca : 324
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Tegal – Sebenarnya IVA test atau pap smear itu sakit atau tidak? Kalau saya sudah mengikuti pap smear apakah harus ikut IVA test juga?

Mungkin banyak di antara ibu-ibu yang mempertanyakan hal tersebut. Kekhawatiran rasa sakit saat diperiksa, menjadi penyebab mereka enggan melakukan deteksi dini kanker serviks melalui IVA test maupun pap smear.

Tapi Sri Mulyani dari Dharma Wanita Persatuan BP4 Kota Tegal secara tegas memastikan jika deteksi dini dengan IVA test maupun pap smear tidak sakit. Di hadapan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo saat meninjau pelaksanaan deteksi dini kanker melaluu IVA test dan periksa payudara klinis (Sadarnis) di RSUD Kardinah Tegal, Minggu (22/10), dia yang sudah delapan kali melakukan deteksi dini kanker serviks itu pun meminta para ibu tak lagi takut mengikuti IVA test maupun pap smear.

Ketua TP PKK Jateng Atikoh pun membenarkan apa yang disampaikan Sri Mulyani. Menurutnya, kanker payudara dan serviks merupakan dua penyakit penyebab kematian tertinggi pada wanita. Namun, kedua kanker itu dapat dicegah dengan deteksi dini. Karenanya, dibutuhkan kepedulian para ibu untuk melakukan deteksi dini.

“Kalau ada grenjel-grenjel sedikit pada payudara, jangan takut untuk periksa. Siap tahu itu hanya kelenjar,” bebernya.

Ditambahkan, IVA test bukan pengganti pap smear, namun sama-sama pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Jadi, wanita usia subur yang sudah pernah berhubungan seks dapat memilih metoda pemeriksaannya.

Namun, Atikoh lebih menganjurkan untuk pemeriksaan IVA test karena selain lebih murah, juga bisa langsung diketahui hasilnya. Bahkan, jika ditemukan lesi, bisa langsung ditangani saat itu juga. Sementara, jika menggunakan pap smear, karena hasilnya lama, dikhawatirkan membuat mereka yang hasil pemeriksaannya positif, tidak langsung tertangani dan memilih pengobatan lain. Sehingga, justru membuat kanker semakin parah.

Atikoh juga meningatkan pentingnya para wanita memperhatikan kesehatan vagina. Selain deteksi dini juga menjaga agar organ intim tidak lembab, sering mengganti pakaian dalam, mengganti pembalut tiap tiga jam saat menstruasi. Jangan pula membiasakan membersihkan organ intim dengan zat kimia karena bisa mengganggu keseimbangan bakteri di vagina.

“Kalau kita tidak enak badan sedikit terus berobat, flu langsung berobat, mengapa untuk kesehatan organ intim kewanitaan kita tidak aware,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :

Tegal – Sebenarnya IVA test atau pap smear itu sakit atau tidak? Kalau saya sudah mengikuti pap smear apakah harus ikut IVA test juga?

Mungkin banyak di antara ibu-ibu yang mempertanyakan hal tersebut. Kekhawatiran rasa sakit saat diperiksa, menjadi penyebab mereka enggan melakukan deteksi dini kanker serviks melalui IVA test maupun pap smear.

Tapi Sri Mulyani dari Dharma Wanita Persatuan BP4 Kota Tegal secara tegas memastikan jika deteksi dini dengan IVA test maupun pap smear tidak sakit. Di hadapan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo saat meninjau pelaksanaan deteksi dini kanker melaluu IVA test dan periksa payudara klinis (Sadarnis) di RSUD Kardinah Tegal, Minggu (22/10), dia yang sudah delapan kali melakukan deteksi dini kanker serviks itu pun meminta para ibu tak lagi takut mengikuti IVA test maupun pap smear.

Ketua TP PKK Jateng Atikoh pun membenarkan apa yang disampaikan Sri Mulyani. Menurutnya, kanker payudara dan serviks merupakan dua penyakit penyebab kematian tertinggi pada wanita. Namun, kedua kanker itu dapat dicegah dengan deteksi dini. Karenanya, dibutuhkan kepedulian para ibu untuk melakukan deteksi dini.

“Kalau ada grenjel-grenjel sedikit pada payudara, jangan takut untuk periksa. Siap tahu itu hanya kelenjar,” bebernya.

Ditambahkan, IVA test bukan pengganti pap smear, namun sama-sama pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Jadi, wanita usia subur yang sudah pernah berhubungan seks dapat memilih metoda pemeriksaannya.

Namun, Atikoh lebih menganjurkan untuk pemeriksaan IVA test karena selain lebih murah, juga bisa langsung diketahui hasilnya. Bahkan, jika ditemukan lesi, bisa langsung ditangani saat itu juga. Sementara, jika menggunakan pap smear, karena hasilnya lama, dikhawatirkan membuat mereka yang hasil pemeriksaannya positif, tidak langsung tertangani dan memilih pengobatan lain. Sehingga, justru membuat kanker semakin parah.

Atikoh juga meningatkan pentingnya para wanita memperhatikan kesehatan vagina. Selain deteksi dini juga menjaga agar organ intim tidak lembab, sering mengganti pakaian dalam, mengganti pembalut tiap tiga jam saat menstruasi. Jangan pula membiasakan membersihkan organ intim dengan zat kimia karena bisa mengganggu keseimbangan bakteri di vagina.

“Kalau kita tidak enak badan sedikit terus berobat, flu langsung berobat, mengapa untuk kesehatan organ intim kewanitaan kita tidak aware,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu