Follow Us :              

Guru Tak Sekadar Pengajar, Tapi Pendidik

  01 March 2017  |   00:00:09  |   dibaca : 273 
Kategori :
Bagikan :


Guru Tak Sekadar Pengajar, Tapi Pendidik

01 March 2017 | 00:00:09 | dibaca : 273
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang- Di tengah era globalisasi ini, peran guru tidak semata-mata membantu siswa meraih prestasi akademiknya atau membuat pelajar lihai menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Lebih dari itu, guru berkewajiban untuk memberikan pendidikan karakter agar generasi muda memiliki budi pekerti luhur. Untuk itu, paradigma guru sebagai tenaga pendidik perlu diperkokoh kembali.

 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menghadiri Rapat Koordinasi Terpadu Penjaminan Mutu Pendidikan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2017di Patrajasa Hotel, Rabu (1/3).

 

"Saya berharap Bapak/Ibu bukan hanya sebagai tenaga pengajar, tetapi tenaga pendidik. Itu kadang-kadang kita keliru. Kalau tenaga pendidik diterjemahkan dalam arti luas, maka akan membawa integritas anak didik lebih baik dan budi pekerti anak muncul," terangnya.

 

Sri Puryono menegaskan, reformasi pendidikan khususnya pendidikan karakter di setiap jenjang, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga sekolah menengah harus dibangun secara kokoh. Dengan pendidikan karakter yang kuat, siswa akan mampu menghormati orang-orang di sekitarnya. Utamanya orang tua dan sang guru.

 

Sri Puryono pun mengisahkan ceritanya semasa duduk di bangku sekolah dasar di kampung halamannya, Sragen. Setiap pagi, dia dan teman-temannya antusias menyambut kedatangan sang guru yang akrab disapa Bu Aminah.

 

"Rumah beliau itu sekitar tiga kilometer dari sekolah saya. Berangkatnya naik sepeda padahal jalannya becek. Jeblok semua. Itu saya dan teman-teman rebutan nampani sepeda beliau yang kena lumpur. Resiki sepeda, resiki sepatu gurunya itu bangga luar biasa," kisahnya.

 

Sri Puryono menuturkan, pendidikan karakter tersebut perlu diimbangi dengan pendidikan agama. Dirinya berharap, guru agama benar-benar mengasah kompetensinya melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) di masing-masing kabupaten/kota. Sehingga mereka mampu memperkuat budi pekerti bagi anak didiknya.

 


Bagikan :

Semarang- Di tengah era globalisasi ini, peran guru tidak semata-mata membantu siswa meraih prestasi akademiknya atau membuat pelajar lihai menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Lebih dari itu, guru berkewajiban untuk memberikan pendidikan karakter agar generasi muda memiliki budi pekerti luhur. Untuk itu, paradigma guru sebagai tenaga pendidik perlu diperkokoh kembali.

 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menghadiri Rapat Koordinasi Terpadu Penjaminan Mutu Pendidikan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2017di Patrajasa Hotel, Rabu (1/3).

 

"Saya berharap Bapak/Ibu bukan hanya sebagai tenaga pengajar, tetapi tenaga pendidik. Itu kadang-kadang kita keliru. Kalau tenaga pendidik diterjemahkan dalam arti luas, maka akan membawa integritas anak didik lebih baik dan budi pekerti anak muncul," terangnya.

 

Sri Puryono menegaskan, reformasi pendidikan khususnya pendidikan karakter di setiap jenjang, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga sekolah menengah harus dibangun secara kokoh. Dengan pendidikan karakter yang kuat, siswa akan mampu menghormati orang-orang di sekitarnya. Utamanya orang tua dan sang guru.

 

Sri Puryono pun mengisahkan ceritanya semasa duduk di bangku sekolah dasar di kampung halamannya, Sragen. Setiap pagi, dia dan teman-temannya antusias menyambut kedatangan sang guru yang akrab disapa Bu Aminah.

 

"Rumah beliau itu sekitar tiga kilometer dari sekolah saya. Berangkatnya naik sepeda padahal jalannya becek. Jeblok semua. Itu saya dan teman-teman rebutan nampani sepeda beliau yang kena lumpur. Resiki sepeda, resiki sepatu gurunya itu bangga luar biasa," kisahnya.

 

Sri Puryono menuturkan, pendidikan karakter tersebut perlu diimbangi dengan pendidikan agama. Dirinya berharap, guru agama benar-benar mengasah kompetensinya melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) di masing-masing kabupaten/kota. Sehingga mereka mampu memperkuat budi pekerti bagi anak didiknya.

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu