Follow Us :              

Taman Herbal Diharap Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

  11 December 2017  |   09:00:00  |   dibaca : 727 
Kategori :
Bagikan :


Taman Herbal Diharap Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

11 December 2017 | 09:00:00 | dibaca : 727
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang – Lomba Taman Herbal yang diselenggarakan salah satu produk obat tradisional diharapkan dapat lebih menumbuhkan minat masyarakat untuk memroduksi tanaman herbal untuk meningkatkan perekonomian.

Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo saat membuka Lomba Taman Herbal Bejo 2018 di Gedung Wanita, Senin (11/12). Menurutnya, menginjak tahun ketiga pelaksanaan lomba tersebut, sudah semestinya fokus yang dilakukan tidak sekadar menang lomba, tapi lebih pada upaya melibatkan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dari produksi tanaman herbal.

“Selain keindahan, tapi diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk perekonomian, tidak hanya untuk keluarga atau diri sendiri,” ungkapnya.

Diakui, kondisi geografis Kota Semarang dengan wilayah atas dan bawah memang berdampak pada hasil produksi yang berbeda. Wilayah atas dengan lahan yang lebih luas diharapkan menghasilkan produk yang lebih banyak. Kendati begitu, wilayah bawah dengan lahan yang terbatas diharapkan dapat berupaya meningkatkan produksi dengan urban farming system.

“Bagaimana agar lahan sempit bisa menghasilkan produksi berlimpah. Ini yang harus dipelajari agar hasilnya optimal. Mulai dari perencanaan, bibit yang digunakan, pemeliharaan, apakah terkait denga  musim. Mungkin sama-sama 10 bulan, tapi hasilnya kok beda. Jadi, kualitas dan kuantitas harus ditingkatkan. Gali ilmu agar bisa ditularkan kepada masyarakat lain,” beber Atikoh.

Di sisi lain, dia menyampaikan, taman yang dibuat harus bisa membuat masyarakat lain merasa senang karena keindahannya. Bagaimana pun, taman yang indah akan membuat orang tertarik dan nyaman berada di tempat tersebut. Kegotongroyongan untuk mewujudkan itu semua harus ditumbuhkan mengingat taman dibangun di ruang publik.

“Karena di ruang umum, awalnya butuh keterpaksaan. Untuk kedisiplinan dipaket dulu. Kalau hasilnya bagus, masyarakat sadar kalauitu bermanfaat, timbul kesadaran bahwa menanam tidak hanya indah, tapi ada nilai ekonomisnya,” tandas Atikoh.

Pemimpin Perusahaan Harian Pagi Tribun Jateng, Heru Budi Kuncara mengatakan, lomba dimulai dengan penyerahan subsidi paket jahe merah beserta hormon dan polibag untuk kebutuhan panen. Sedangkan penilaian dilakukan pada Maret 2018, penentuan pemenang dan kategori terbaik pada April 2018, dan penyerahan hadiah pada 1 Juli 2018.

“Setiap peserta atau tiap kelurahan akan mendapatkan subsidi bibit jahe merah beserta pupuknya. Ketika panen, jahe merah akan dibeli oleh PT Bintang Toedjoe,” pungkasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :

Semarang – Lomba Taman Herbal yang diselenggarakan salah satu produk obat tradisional diharapkan dapat lebih menumbuhkan minat masyarakat untuk memroduksi tanaman herbal untuk meningkatkan perekonomian.

Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo saat membuka Lomba Taman Herbal Bejo 2018 di Gedung Wanita, Senin (11/12). Menurutnya, menginjak tahun ketiga pelaksanaan lomba tersebut, sudah semestinya fokus yang dilakukan tidak sekadar menang lomba, tapi lebih pada upaya melibatkan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dari produksi tanaman herbal.

“Selain keindahan, tapi diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk perekonomian, tidak hanya untuk keluarga atau diri sendiri,” ungkapnya.

Diakui, kondisi geografis Kota Semarang dengan wilayah atas dan bawah memang berdampak pada hasil produksi yang berbeda. Wilayah atas dengan lahan yang lebih luas diharapkan menghasilkan produk yang lebih banyak. Kendati begitu, wilayah bawah dengan lahan yang terbatas diharapkan dapat berupaya meningkatkan produksi dengan urban farming system.

“Bagaimana agar lahan sempit bisa menghasilkan produksi berlimpah. Ini yang harus dipelajari agar hasilnya optimal. Mulai dari perencanaan, bibit yang digunakan, pemeliharaan, apakah terkait denga  musim. Mungkin sama-sama 10 bulan, tapi hasilnya kok beda. Jadi, kualitas dan kuantitas harus ditingkatkan. Gali ilmu agar bisa ditularkan kepada masyarakat lain,” beber Atikoh.

Di sisi lain, dia menyampaikan, taman yang dibuat harus bisa membuat masyarakat lain merasa senang karena keindahannya. Bagaimana pun, taman yang indah akan membuat orang tertarik dan nyaman berada di tempat tersebut. Kegotongroyongan untuk mewujudkan itu semua harus ditumbuhkan mengingat taman dibangun di ruang publik.

“Karena di ruang umum, awalnya butuh keterpaksaan. Untuk kedisiplinan dipaket dulu. Kalau hasilnya bagus, masyarakat sadar kalauitu bermanfaat, timbul kesadaran bahwa menanam tidak hanya indah, tapi ada nilai ekonomisnya,” tandas Atikoh.

Pemimpin Perusahaan Harian Pagi Tribun Jateng, Heru Budi Kuncara mengatakan, lomba dimulai dengan penyerahan subsidi paket jahe merah beserta hormon dan polibag untuk kebutuhan panen. Sedangkan penilaian dilakukan pada Maret 2018, penentuan pemenang dan kategori terbaik pada April 2018, dan penyerahan hadiah pada 1 Juli 2018.

“Setiap peserta atau tiap kelurahan akan mendapatkan subsidi bibit jahe merah beserta pupuknya. Ketika panen, jahe merah akan dibeli oleh PT Bintang Toedjoe,” pungkasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu