Foto : Ebron (Humas Jateng)
Foto : Ebron (Humas Jateng)
BOYOLALI - Jika anda mengajar selama 15 tahun, tetapi tidak pernah dibayar atau menerima gaji tiap bulan, apakah sanggup? Besar kemungkinan, jawabannya adalah tak sanggup. Jangankan menjalaninya, membayangkan saja mungkin tak kuasa bagi sebagian besar orang.
Namun, bagi bapak empat anak dan tujuh cucu bernama Tamyiz, 69, ini sudah mengajar di Madrasah Diniyah (Madin) selama 15 tahun tanpa pernah sekalipun menerima gaji.
Turun ke jalan membawa poster dan berteriak dengan megaphone di depan gedung dewan atau kantor bupati, juga tak pernah sekalipun dia lakukan untuk memprotes atas situasi yang dilakoninya itu.
Ya, warga Pelemsari, Banyu Urip, Klego, Boyolali ini justru ikhlas tanpa bayaran setiap sore membimbing anak-anak cara membaca huruf hijaiyah, cara membaca ayat-ayat Alquran sesuai dengan tajwid maupun makhraj, dijalaninya saban hari.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menanam sayuran, maupun buah-buahan. Ditanya soal hasil, lelaki yang garis ketuaannya tampak menghiasi kening itu menjawab, "Allah Maha Sugih Mas, Alhamdulillah, kalau hanya untuk kebutuhan sehari-hari, diparingi cukup."
Tak hanya Tamyiz, Ahmad Suharto, 76, guru Madin di Kadipaten, Andong, Boyolali yang setiap hari mengajar 126 santri juga merasakan hal yang sama. Tak pernah menerima gaji. Tetapi, bapak berambut putih itu, saat Iduladha, mendapatkan dua bagian daging dari panitia Iduladha. Saat Idulfitri, juga mendapat zakat selaku fi sabilillah dan mendapat paket Lebaran dari desa.
Ahmad Suharto mungkin sedikit lebih "beruntung" daripada Tamyiz, yang tidak pernah menerima apapun, dari siapapun atas jasanya mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak di dusunnya.
Dan, pada Senin (15/4/2019) sore, keduanya mendapatkan undangan untuk menerima insentif dari Pemerintah Provinsi Jateng di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda Candigatak, Cepogo, Boyolali. Namanya masuk daftar penerima insentif bersama 806 guru Madin, TPQ dan Ponpes se-Kabupaten Boyolali.
"Hanya bisa bersyukur seraya berucap Alhamdulillah. Pemerintah peduli dengan kami," ujar Tamyiz, yang air matanya tampak mengalir di pipi kanan dan kiri.
Begitu pula dengan Ahmad Suharto. Menurutnya, dengan bantuan itu, tentu akan berimbas pada semangat mengajar para santri akan naik. Uang yang dia terima juga akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan madrasah. Misalnya membeli Alquran yang beberapa diantaranya sudah rusak, serta kitab-kitab fikih lainnya.
Sore itu, di Ponpes yang diasuh oleh KH Habib Ikhsanuddin, para guru Madin, TPQ dan ustaz/ustazah Ponpes se-Kabupaten Boyolali menerima insentif yang secara simbolis diberikan oleh Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa dengan panggilan Gus Yasin.
Program yang dicanangkan bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo itu untuk memberikan semangat sekaligus ungkapan penghargaan kepada mereka yang telah membantu pendidikan sekaligus membentuk karakter generasi bangsa.
Penyerahan bantuan insentif secara simbolis kepada 10 penerima dengan menyerahkan buku tabungan Bank Jateng Syariah oleh Gus Yasin disaksikan Kabid Pontren Kanwil Kemenag Jateng Nur Abadi, Asisten 1 Pemkab Boyolali Bonie Facio, KH Habib Ikhsanuddin, serta para santri Al Huda.
Gus Yasin juga mengatakan, dirinya bersama Gubernur Ganjar Pranowo, mengalokasikan dana untuk guru madrasah, guru pesantren, guru TPA dan TPQ sebesar Rp330 miliar. Akan tetapi, setelah dicek kembali ke data yang lebih valid, hanya terserap Rp205,5 miliar. Pasalnya, ada penerima yang sudah meninggal dunia.
"Pada dasarnya, pesantren itu membantu Pemprov (Jateng) dalam pendidikan. Pesantren memberikan ilmu agama dan ilmu yang lain. Sehingga, saya bersama Gubernur Ganjar, berkolaborasi melaksanakan visi dan misi mendorong pesantren lebih maju," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yasin juga menyerahkan bantuan sebesar Rp50 juta dari Baznas Jateng untuk pengembangan Ponpes Al Huda yang memiliki santri putra dan putri sebanyak 300-an orang.
Baca juga : Gus Yasin: Pendidikan Agama Jadi Tempat Pembentukan Karakter
BOYOLALI - Jika anda mengajar selama 15 tahun, tetapi tidak pernah dibayar atau menerima gaji tiap bulan, apakah sanggup? Besar kemungkinan, jawabannya adalah tak sanggup. Jangankan menjalaninya, membayangkan saja mungkin tak kuasa bagi sebagian besar orang.
Namun, bagi bapak empat anak dan tujuh cucu bernama Tamyiz, 69, ini sudah mengajar di Madrasah Diniyah (Madin) selama 15 tahun tanpa pernah sekalipun menerima gaji.
Turun ke jalan membawa poster dan berteriak dengan megaphone di depan gedung dewan atau kantor bupati, juga tak pernah sekalipun dia lakukan untuk memprotes atas situasi yang dilakoninya itu.
Ya, warga Pelemsari, Banyu Urip, Klego, Boyolali ini justru ikhlas tanpa bayaran setiap sore membimbing anak-anak cara membaca huruf hijaiyah, cara membaca ayat-ayat Alquran sesuai dengan tajwid maupun makhraj, dijalaninya saban hari.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menanam sayuran, maupun buah-buahan. Ditanya soal hasil, lelaki yang garis ketuaannya tampak menghiasi kening itu menjawab, "Allah Maha Sugih Mas, Alhamdulillah, kalau hanya untuk kebutuhan sehari-hari, diparingi cukup."
Tak hanya Tamyiz, Ahmad Suharto, 76, guru Madin di Kadipaten, Andong, Boyolali yang setiap hari mengajar 126 santri juga merasakan hal yang sama. Tak pernah menerima gaji. Tetapi, bapak berambut putih itu, saat Iduladha, mendapatkan dua bagian daging dari panitia Iduladha. Saat Idulfitri, juga mendapat zakat selaku fi sabilillah dan mendapat paket Lebaran dari desa.
Ahmad Suharto mungkin sedikit lebih "beruntung" daripada Tamyiz, yang tidak pernah menerima apapun, dari siapapun atas jasanya mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak di dusunnya.
Dan, pada Senin (15/4/2019) sore, keduanya mendapatkan undangan untuk menerima insentif dari Pemerintah Provinsi Jateng di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda Candigatak, Cepogo, Boyolali. Namanya masuk daftar penerima insentif bersama 806 guru Madin, TPQ dan Ponpes se-Kabupaten Boyolali.
"Hanya bisa bersyukur seraya berucap Alhamdulillah. Pemerintah peduli dengan kami," ujar Tamyiz, yang air matanya tampak mengalir di pipi kanan dan kiri.
Begitu pula dengan Ahmad Suharto. Menurutnya, dengan bantuan itu, tentu akan berimbas pada semangat mengajar para santri akan naik. Uang yang dia terima juga akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan madrasah. Misalnya membeli Alquran yang beberapa diantaranya sudah rusak, serta kitab-kitab fikih lainnya.
Sore itu, di Ponpes yang diasuh oleh KH Habib Ikhsanuddin, para guru Madin, TPQ dan ustaz/ustazah Ponpes se-Kabupaten Boyolali menerima insentif yang secara simbolis diberikan oleh Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa dengan panggilan Gus Yasin.
Program yang dicanangkan bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo itu untuk memberikan semangat sekaligus ungkapan penghargaan kepada mereka yang telah membantu pendidikan sekaligus membentuk karakter generasi bangsa.
Penyerahan bantuan insentif secara simbolis kepada 10 penerima dengan menyerahkan buku tabungan Bank Jateng Syariah oleh Gus Yasin disaksikan Kabid Pontren Kanwil Kemenag Jateng Nur Abadi, Asisten 1 Pemkab Boyolali Bonie Facio, KH Habib Ikhsanuddin, serta para santri Al Huda.
Gus Yasin juga mengatakan, dirinya bersama Gubernur Ganjar Pranowo, mengalokasikan dana untuk guru madrasah, guru pesantren, guru TPA dan TPQ sebesar Rp330 miliar. Akan tetapi, setelah dicek kembali ke data yang lebih valid, hanya terserap Rp205,5 miliar. Pasalnya, ada penerima yang sudah meninggal dunia.
"Pada dasarnya, pesantren itu membantu Pemprov (Jateng) dalam pendidikan. Pesantren memberikan ilmu agama dan ilmu yang lain. Sehingga, saya bersama Gubernur Ganjar, berkolaborasi melaksanakan visi dan misi mendorong pesantren lebih maju," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yasin juga menyerahkan bantuan sebesar Rp50 juta dari Baznas Jateng untuk pengembangan Ponpes Al Huda yang memiliki santri putra dan putri sebanyak 300-an orang.
Baca juga : Gus Yasin: Pendidikan Agama Jadi Tempat Pembentukan Karakter
Berita Terbaru