Follow Us :              

Difabel Bukan Aib, Gus Yasin : Beri Ruang Berapresiasi Seluas-luasnya

  12 September 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 852 
Kategori :
Bagikan :


Difabel Bukan Aib, Gus Yasin : Beri Ruang Berapresiasi Seluas-luasnya

12 September 2019 | 13:00:00 | dibaca : 852
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

SEMARANG – Penasehat Kelompok Difabel Harapan Mandiri Salatiga (KDHMS), Rofii, meminta keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak malu untuk mengakuinya. Apabila enggan atau malu, justru akan menjadi kendala bagi si anak untuk mandiri.

Pesan itu dia sampaikan Rofii, karena berdasarkan pengalamannya saat melakukan pendataan di keluarga difabel, banyak yang menyembunyikan kondisi anggota keluargannya yang menyandang disabilitas karena malu. Padahal, dengan terdata, mereka akan mendapatkan akses untuk berkomunitas, saling belajar dan tukar pengalaman.

“Saya sangat berharap kepada keluarga yang mempunya anak difabel, jangan malu, karena peran yang utama untuk difabel mandiri adalah keluarga, masyarakat, kemudian pemerintah. Bagaimana peran keluarga terhadap difabel adalah kuncinya,” tutur Rofii saat bertemu Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen, di ruang kerja wakil gubernur, Kamis (12/9/2019).

Pernyataan yang sama disampaikan anggota KDHMS, Ngatimin. Menurutnya, menjadi difabel bukan akhir dari segalanya. Dia mencontohkan dirinya sendiri sebagai penyandang disabilitas. Meski tumbuh tidak normal, dia bisa mandiri melalui keterampilan menjahit yang dimilikinya.

“Misalnya ada teman-teman kami datang ke rumah orang tua difabel, mohon diberi ruang, diberi kesempatan, karena difabel bukan aib. Jadi difabel bukan akhir segalanya. Difabel masih punya masa depan panjang,” tuturnya.

Semangat komunitas KDHMS diapresiasi Wakil Gubernur Taj Yasin. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri memberikan perhatian serius kepada kelompok difabel. Salah satunya dengan memberi ruang beraspirasi, setiap kali dilaksanakan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Selain itu, menyediakan banyak pelatihan. Di antaranya menjahit, sablon, serta  keterampilan lain yang dapat diakses difabel, sehingga mereka bisa hidup mandiri.

“Ada Pak Ngatimin yang bisa menjadi contoh. Beliau memiliki usaha jahit, dan cukup banyak yang menjahit. Insya Allah saya juga akan menjahitkan baju di tempat beliau,” katanya.

 

Baca juga : Terima Bantuan Mesin Jahit, Difabel Roemah D Semakin Produktif


Bagikan :

SEMARANG – Penasehat Kelompok Difabel Harapan Mandiri Salatiga (KDHMS), Rofii, meminta keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak malu untuk mengakuinya. Apabila enggan atau malu, justru akan menjadi kendala bagi si anak untuk mandiri.

Pesan itu dia sampaikan Rofii, karena berdasarkan pengalamannya saat melakukan pendataan di keluarga difabel, banyak yang menyembunyikan kondisi anggota keluargannya yang menyandang disabilitas karena malu. Padahal, dengan terdata, mereka akan mendapatkan akses untuk berkomunitas, saling belajar dan tukar pengalaman.

“Saya sangat berharap kepada keluarga yang mempunya anak difabel, jangan malu, karena peran yang utama untuk difabel mandiri adalah keluarga, masyarakat, kemudian pemerintah. Bagaimana peran keluarga terhadap difabel adalah kuncinya,” tutur Rofii saat bertemu Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen, di ruang kerja wakil gubernur, Kamis (12/9/2019).

Pernyataan yang sama disampaikan anggota KDHMS, Ngatimin. Menurutnya, menjadi difabel bukan akhir dari segalanya. Dia mencontohkan dirinya sendiri sebagai penyandang disabilitas. Meski tumbuh tidak normal, dia bisa mandiri melalui keterampilan menjahit yang dimilikinya.

“Misalnya ada teman-teman kami datang ke rumah orang tua difabel, mohon diberi ruang, diberi kesempatan, karena difabel bukan aib. Jadi difabel bukan akhir segalanya. Difabel masih punya masa depan panjang,” tuturnya.

Semangat komunitas KDHMS diapresiasi Wakil Gubernur Taj Yasin. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri memberikan perhatian serius kepada kelompok difabel. Salah satunya dengan memberi ruang beraspirasi, setiap kali dilaksanakan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Selain itu, menyediakan banyak pelatihan. Di antaranya menjahit, sablon, serta  keterampilan lain yang dapat diakses difabel, sehingga mereka bisa hidup mandiri.

“Ada Pak Ngatimin yang bisa menjadi contoh. Beliau memiliki usaha jahit, dan cukup banyak yang menjahit. Insya Allah saya juga akan menjahitkan baju di tempat beliau,” katanya.

 

Baca juga : Terima Bantuan Mesin Jahit, Difabel Roemah D Semakin Produktif


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu