Follow Us :              

Ganjar : Panasnya Hati Lebih Berbahaya, Ketimbang Panasnya Kemarau

  04 October 2019  |   16:00:00  |   dibaca : 423 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar : Panasnya Hati Lebih Berbahaya, Ketimbang Panasnya Kemarau

04 October 2019 | 16:00:00 | dibaca : 423
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Panasnya hati masih lebih berbahaya daripada sekedar panasnya kemarau. Kalimat itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menganalogikan peristiwa kerusuhan yang akhir-akhir ini terjadi jangan sampai terulang kembali. Untuk itu, Ganjar meminta, seluruh masyarakat di Jateng membuat suasana hatinya lebih sejuk, dingin dan tenang, tidak tersulut provokasi dari peristiwa-peristiwa di luar daerah. 

Aksi unjuk rasa para mahasiswa dan buruh di Jateng kemarin, menurut Ganjar telah disampaikan dengan baik, hingga membuat dirinya terharu. Dibalik "sangar"-nya suara orasi, masih ada budi pekerti. Polisi bisa mendekati dengan baik, ngobrol hingga berjoget bersama. Suasana pun menjadi akrab. Sehingga, sampai hari ini, Jateng pun tetap kondusif.

"Yang menginspirasi juga Jogja, usai demo, mereka bersalaman dengan polisi. Visual seperti ini sangat dibutugkan, tidak saling menyakiti, dan caranya pun cara milenial. Langkah pemerintah apa? Kita imbau lewat tokoh agama menyampaikan kesejukan saat khotbah di masjid, gereja, pura, wihara, klenteng kepada umat," ujarnya saat Dialog Interaktif TVRI Sugeng Enjang Sedulur dengan tema “Signifikan Peran Ulama – Umara Dalam Merawat Jawa Tengah Damai” bersama MUI dan TVRI Jateng di Puri Gedeh, Jum'at (4/10/2019) sore.

Soal ancaman di Jateng, Ganjar mengakui ada dan riil. Seperti potensi untuk tidak bertanggungjawab di sosial media, pembicaraan yang buruk, gerakan-gerakan ideologi baru. Gempuran-gempuran itu pun menurutnya harus disaring mulai dari bangku sekolah. 

"Pemprov tidak akan tinggal.diam. ketika masyarajat merasa aman, itu capaian yang ingin kami harapkan. MUI dan Baznas, selama ini telah membatu tidak hanya urusan agama, tapi juga pengentasan kemiskinan, pendidikan, maupun kesehatan," jelasnya.

Sehingga, kata Ganjar,  problematika ideologi, politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keamanan, tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah, tetapi butuh dukungan masyarakat serta peran ulama.

Dialog bertajuk Khasanah Ulama Umaro MUI itu ditayangkan di TVRI Jateng pada Jumat pagi minggu pertama setiap bulannya. Pengambilan video tapping yang dipandu oleh Dita itu juga hadir Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Daroji yang menegaskan jika ulama dan umaro itu seperti dua sisi mata uang yang secara terus menerus mengajak umat untuk menjaga kedamaian. 

"Boleh berdebat, berdemo, bermusyawarah, tetapi sampaikan kesejukan, dengan tertawa, tersenyum. Karena, semua kita itu saudara. Sinergi MUI Jateng selain dengan Pemprov, juga dengan Polda Jateng, Kodam IV/Diponegoro dan seluruh lapisan masyarakat untuk merajut dan merawat kebangsaan," harapnya.


Bagikan :

SEMARANG - Panasnya hati masih lebih berbahaya daripada sekedar panasnya kemarau. Kalimat itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menganalogikan peristiwa kerusuhan yang akhir-akhir ini terjadi jangan sampai terulang kembali. Untuk itu, Ganjar meminta, seluruh masyarakat di Jateng membuat suasana hatinya lebih sejuk, dingin dan tenang, tidak tersulut provokasi dari peristiwa-peristiwa di luar daerah. 

Aksi unjuk rasa para mahasiswa dan buruh di Jateng kemarin, menurut Ganjar telah disampaikan dengan baik, hingga membuat dirinya terharu. Dibalik "sangar"-nya suara orasi, masih ada budi pekerti. Polisi bisa mendekati dengan baik, ngobrol hingga berjoget bersama. Suasana pun menjadi akrab. Sehingga, sampai hari ini, Jateng pun tetap kondusif.

"Yang menginspirasi juga Jogja, usai demo, mereka bersalaman dengan polisi. Visual seperti ini sangat dibutugkan, tidak saling menyakiti, dan caranya pun cara milenial. Langkah pemerintah apa? Kita imbau lewat tokoh agama menyampaikan kesejukan saat khotbah di masjid, gereja, pura, wihara, klenteng kepada umat," ujarnya saat Dialog Interaktif TVRI Sugeng Enjang Sedulur dengan tema “Signifikan Peran Ulama – Umara Dalam Merawat Jawa Tengah Damai” bersama MUI dan TVRI Jateng di Puri Gedeh, Jum'at (4/10/2019) sore.

Soal ancaman di Jateng, Ganjar mengakui ada dan riil. Seperti potensi untuk tidak bertanggungjawab di sosial media, pembicaraan yang buruk, gerakan-gerakan ideologi baru. Gempuran-gempuran itu pun menurutnya harus disaring mulai dari bangku sekolah. 

"Pemprov tidak akan tinggal.diam. ketika masyarajat merasa aman, itu capaian yang ingin kami harapkan. MUI dan Baznas, selama ini telah membatu tidak hanya urusan agama, tapi juga pengentasan kemiskinan, pendidikan, maupun kesehatan," jelasnya.

Sehingga, kata Ganjar,  problematika ideologi, politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keamanan, tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah, tetapi butuh dukungan masyarakat serta peran ulama.

Dialog bertajuk Khasanah Ulama Umaro MUI itu ditayangkan di TVRI Jateng pada Jumat pagi minggu pertama setiap bulannya. Pengambilan video tapping yang dipandu oleh Dita itu juga hadir Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Daroji yang menegaskan jika ulama dan umaro itu seperti dua sisi mata uang yang secara terus menerus mengajak umat untuk menjaga kedamaian. 

"Boleh berdebat, berdemo, bermusyawarah, tetapi sampaikan kesejukan, dengan tertawa, tersenyum. Karena, semua kita itu saudara. Sinergi MUI Jateng selain dengan Pemprov, juga dengan Polda Jateng, Kodam IV/Diponegoro dan seluruh lapisan masyarakat untuk merajut dan merawat kebangsaan," harapnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu