Follow Us :              

Modifikasi Cuaca Berhasil Kurangi Intensitas Hujan, Pj Gubernur Minta Percepat Penutupan Tanggul Jebol

  18 March 2024  |   09:00:00  |   dibaca : 1314 
Kategori :
Bagikan :


Modifikasi Cuaca Berhasil Kurangi Intensitas Hujan, Pj Gubernur Minta Percepat Penutupan Tanggul Jebol

18 March 2024 | 09:00:00 | dibaca : 1314
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., menilai, penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dianggap mampu membantu mengurangi intensitas hujan di Jateng. 

Hingga kini, sejumlah titik yang terendam banjir juga sudah mulai surut, karena berkurangnya intensitas curah hujan. Maka dari itu, TMC dinilai mampu mempercepat penanganan banjir di daerah-daerah yang terdampak.

"Alhamdulillah hari ini tidak ada hujan. Ini bisa mengurangi banjir. Semoga hujannya bisa terus berkurang," ucapnya usai menghadiri Rapat Koordinasi Kebencanaan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2024 di Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Senin, 18 Maret 2024.

Pj Gubernur menjelaskan, dari tanggal 8 sampai 14 Maret 2024 telah terjadi 30 bencana besar di Jateng. Bencana tersebut, terdiri dari 14 peristiwa banjir dan 16 kejadian angin kencang yang terjadi di 20 kabupaten/kota. 

Diketahui, rentetan bencana itu disebabkan oleh intenstitas hujan yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. Hal ini membuat debit air di sejumlah sungai meningkat, bahkan menyebabkan jebolnya tanggul sungai di beberapa lokasi, seperti di Kabupaten Grobogan dan Sungai Wulan, Demak.

"Kita selama ini terus mengawal dan menjaga tanggul tersebut, tetapi karena debit air dan hujan yang ekstrem, sehingga airnya tidak terkontrol dan tanggulnya jebol," katanya.

Pj Gubernur membeberkan, langkah yang sudah diambil untuk mengatasi banjir, yakni dengan menutup tanggul yang jebol. 

Ia berharap, penerapan TMC bisa terus diperpanjang sampai seluruh tanggul yang rusak ini berhasil ditutup.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengatakan, TMC akan diberlakukan hingga 20 Maret 2024. 

Menurutnya, selama tiga hari TMC diterapkan, hasilnya sudah dapat dilihat. Daerah Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang, Demak, dan sekitarnya, intensitas curah hujannya sudah mulai berkurang.

"Akan dilakukan terus sampai tanggal 20 Maret. Kalau perlu diperpanjang, maka akan diperpanjang. Sebelum tanggul Demak tertutup, maka akan dilakukan TMC, atau diperpanjang," katanya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati menambahkan, penerapan TMC diprioritaskan untuk daerah Semarang, Demak, dan sekitarnya, yang sudah tergenang banjir. Akan tetapi, nantinya TMC juga akan dilakukan di daerah-daerah lainnya.

"Setelah tanggal 20 Maret, nanti ada tren penurunan curah hujan, asal tidak terjadi fenomena mendadak, dan gangguan atmosfer secara tiba-tiba," ujarnya.

Dwikorita menjelaskan, curah hujan yang ekstrem di Kota Semarang dan sekitarnya, terjadi karena munculnya fenomena bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang atau puting beliung di Selatan Indonesia. Hal ini bersamaan dengan masuknya kumpulan awan hujan dari Samudera Hindia atau Timur Afrika ke Indonesia. 

"Ada fenomena yang tiba-tiba muncul, dan mengakibatkan hujan yang ekstrem. Ekstrem itu (curah hujannya) 150 mm per hari, tetapi kemarin mencapai 230 mm lebih," bebernya.


Bagikan :

SEMARANG - Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., menilai, penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dianggap mampu membantu mengurangi intensitas hujan di Jateng. 

Hingga kini, sejumlah titik yang terendam banjir juga sudah mulai surut, karena berkurangnya intensitas curah hujan. Maka dari itu, TMC dinilai mampu mempercepat penanganan banjir di daerah-daerah yang terdampak.

"Alhamdulillah hari ini tidak ada hujan. Ini bisa mengurangi banjir. Semoga hujannya bisa terus berkurang," ucapnya usai menghadiri Rapat Koordinasi Kebencanaan Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2024 di Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Senin, 18 Maret 2024.

Pj Gubernur menjelaskan, dari tanggal 8 sampai 14 Maret 2024 telah terjadi 30 bencana besar di Jateng. Bencana tersebut, terdiri dari 14 peristiwa banjir dan 16 kejadian angin kencang yang terjadi di 20 kabupaten/kota. 

Diketahui, rentetan bencana itu disebabkan oleh intenstitas hujan yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. Hal ini membuat debit air di sejumlah sungai meningkat, bahkan menyebabkan jebolnya tanggul sungai di beberapa lokasi, seperti di Kabupaten Grobogan dan Sungai Wulan, Demak.

"Kita selama ini terus mengawal dan menjaga tanggul tersebut, tetapi karena debit air dan hujan yang ekstrem, sehingga airnya tidak terkontrol dan tanggulnya jebol," katanya.

Pj Gubernur membeberkan, langkah yang sudah diambil untuk mengatasi banjir, yakni dengan menutup tanggul yang jebol. 

Ia berharap, penerapan TMC bisa terus diperpanjang sampai seluruh tanggul yang rusak ini berhasil ditutup.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengatakan, TMC akan diberlakukan hingga 20 Maret 2024. 

Menurutnya, selama tiga hari TMC diterapkan, hasilnya sudah dapat dilihat. Daerah Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang, Demak, dan sekitarnya, intensitas curah hujannya sudah mulai berkurang.

"Akan dilakukan terus sampai tanggal 20 Maret. Kalau perlu diperpanjang, maka akan diperpanjang. Sebelum tanggul Demak tertutup, maka akan dilakukan TMC, atau diperpanjang," katanya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati menambahkan, penerapan TMC diprioritaskan untuk daerah Semarang, Demak, dan sekitarnya, yang sudah tergenang banjir. Akan tetapi, nantinya TMC juga akan dilakukan di daerah-daerah lainnya.

"Setelah tanggal 20 Maret, nanti ada tren penurunan curah hujan, asal tidak terjadi fenomena mendadak, dan gangguan atmosfer secara tiba-tiba," ujarnya.

Dwikorita menjelaskan, curah hujan yang ekstrem di Kota Semarang dan sekitarnya, terjadi karena munculnya fenomena bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang atau puting beliung di Selatan Indonesia. Hal ini bersamaan dengan masuknya kumpulan awan hujan dari Samudera Hindia atau Timur Afrika ke Indonesia. 

"Ada fenomena yang tiba-tiba muncul, dan mengakibatkan hujan yang ekstrem. Ekstrem itu (curah hujannya) 150 mm per hari, tetapi kemarin mencapai 230 mm lebih," bebernya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu